Jakarta, harianbatakpos.com – Polri diinformasikan sedang ‘membidik’ kasus penampakan kayu-kayu gelondongan yang terseret banjir di Sumatera Utara (Sumut), Aceh dan Sumatera Barat (Sumbar).
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyebut sejumlah bekas gergaji pada kayu-kayu gelondongan. Namun pihaknya mengkerucut menyelidiki bekas gergajian mesin senso.
Listyo juga telah memerintahkan personelnua menyusuri aliran sungai dari hulu hingga hilir untuk melihat lokasi asal kayu tersebut.
“Dari temuan tim di lapangan ada berbagai jenis kayu, namun kita dapati ada beberapa yang ada bekas potongan dari senso. Itu yang akan kita dalami,” ujarnya dalam konferensi pers sebagaimana dikutip dari CNBC, Sabtu (6/12/2025).
Tim dari Polri bersama-sama dengan dari Kementerian Kehutanan (Kemenhut) menyusuri dari daerah aliran sungai yang terdampak sampai dengan kita tarik ke hulu dan hilirnya. Polri juga terbuka melakukan proses penyelidikan bersama Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH).
“Beberapa hari ini kita sudah turunkan personel dan kita nanti akan gabung dengan tim dari Kemenhut dan bila perlu dengan satgas lain yang bisa bergabung termasuk PKH sehingga kerja tim bisa lebih cepat,” tuturnya.
Asal muasal tumpukan kayu gelondongan yang terbawa arus banjir bandang di wilayah Pulau Sumatera hingga kini masih menjadi misteri. Di Sumut kayu gelondongan terbawa arus banjir bandang di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) Tapanuli Tengah (Tapteng) hingga Kota Sibolga.
Sementara dua hari lalu Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni menemui Kapolri Sigit Prabowo untuk membahas temuan kayu gelondongan saat bencana banjir di Sumut. Kemenhut dan Polri sudah memiliki MoU terkait kolaborasi menjaga hutan Indonesia.
“Kami berharap sekali lagi nanti kerja sama dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia kita bisa sesegera mungkin mengungkap dari mana asal muasal kayu tersebut dan tentu apabila ada unsur pidananya, akan kita tegakkan bersama-sama,” kata Raja Juli usai bertemu Kapolri di Mabes Polri, Jakarta Selatan.
318 Meninggal
Sementara Wakil Gubernur Sumut Surya dalam rapat bersama Komisi VIII DPR RI di Ruang Rapat Lantai II Kantor Gubernur melaporkan, sebanyak 318 otang meninggal dunia akibat bencana banjir dan tanah longsor.
Tercatat 407.256 Kepala Keluarga (KK) terdampak bencana dengan total 1,5 juta jiwa. Sebanyak 37.158 orang mengungsi, 647 mengalami luka-luka dan 123 lainnya masih dinyatakan hilang.
Daerah yang paling parah terdampak antara lain Kabupaten Tapteng, Tapsel, Langkat, Kota Sibolga, serta beberapa wilayah lain seperti Kabupaten Deliserdang dan Kota Medan. Sejumlah ruas jalan nasional juga terputus akibat longsor, termasuk jalur Tarutung–Sibolga dan kawasan perbatasan Tapsel–Tapteng (Batangtoru–Pandan). (REL)


Komentar