Di bawah langit yang luas aku selalu ingin merangkak maju, namun selalu terhenti dan inilah kisahku :
HarianBatakpos.com – Aku seorang perempuan dengan luka yang dalam. Keluarga harusnya jadi tempat pertama untuk kita pulang, ada ayah yang siap melindungi dan ibu yang akan selalu menyayangi. Tapi tidak dengan diriku, sejak kecil aku selalu mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari ayah dan ibuku, aku sering mendapat hinaan dari ayah dan ibuku, aku anak yang merepotkan dan tidak bisa melakukan sesuatu dengan benar, kata mereka. Dulu aku ingin menjadi penyanyi tapi kata ayahku “diluar sana banyak yang suaranya bagus, gak usah mimpi, suaramu jelek, lebih baik diam” Setiap aku melakukan salahpun, ibuku akan memancing ayah agar memukulku. “biar kamu mikir!” Teriak ibu setiap kali ayah memukuliku.
Sakit? Jelas sangat sakit, tapi aku tidak bisa lari. Sebab perlakuan orang tuaku seperti itu, aku menjadi anak yang pemalu dan takut melakukan salah dan akhirnya ketika aku sekolah, aku jadi dikucilkan oleh teman-teman. Tidak ada yang mau berteman denganku, bahkan di sekolahpun aku mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari beberapa temanku. Aku pernah dihina karena tidak bisa bergaul dengan baik, aku juga pernah dipukul karena tidak sengaja menghilangkan barang milik temanku, aku sering sekali dijahili, di sekolah pun aku tetap tidak mendapatkan perhatian, tapi lagi dan lagi aku tidak bisa lari. Siapa yang peduli ketika aku mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan? Orang tuaku saja memperlakukan diriku dengan tidak baik, pihak sekolah tidak ingin ambil pusing dengan kejadian yang ada, setiap pihak sekolah menegur teman-temanku, mereka akan semakin menggila dan membuat diriku semakin terluka. Andai aku bisa lari dari keadaan ini, andai aku punya tempat untuk mengadu, andai aku punya acuan untuk melawan. Bahkan sampai sekarang, diusiaku yang sudah menginjak 30 tahun, disaat diriku sudah punya keluarga sendiri, aku masih tetap dibully, pelakunya adalah suamiku, aku kerap mendapatkan tindak kekerasan dari suamiku sendiri, jika aku melakukan salah, cacian dan pukulan akan mendarat pada hati dan tubuhku. Karena aku tidak bisa lari, aku harus menikmati hidup ini dengan terus seperti ini. Orang tuaku mengaggap setiap pukulan yang aku dapatkan dari suamiku itu adalah wajar karena aku istri yang tidak baik. Tapi aku berjanji, jika aku punya anak nanti, aku tak akan membiarkan anakku merasakan apa yang aku rasakan, aku akan menjadi ibu yang mendukungnya, sehingga anakku bisa menjadi manusia yang tangguh, karena dia merasa mempunyai seseorang yang mendukungnya. Tanpa dukungan dan bimbingan, korban bully akan selalu menjadi korban bully, mungkin sampai akhir hayatnya.
Coba tanya pada orang disekitarmu, pada anakmu yang tiba-tiba murung, pada adik atau kakakmu yang sering menghabiskan waktu sendiri, pada sahabatmu yang tidak lagi bercerita, pada kerabatmu yang jadi lebih banyak diam, baik-baik sajakah keadaan mereka?
Andai aku punya keluarga yang tidak melakukan pembullyan pertama kali padaku, mungkin mentalku tidak akan rusak dan aku tidak akan mendapatkan bullyan lainnya. Jadi, untuk siapapun dirimu yang akan menjadi orang tua. Jadilah tempat pelindung pertama untuk anakmu. Jangan jadi orang tua jika dirimu belum siap, jangan jadikan anakmu korban atas semua ketidak siapan mentalmu.
Tulisan ini dari seseorang yang tidak ingin disebutkan namanya.
Tentang Penulis
Komentar