Harga minyak mentah global mengalami kenaikan tipis setelah Iran melancarkan serangan terhadap Israel pada akhir pekan kemarin. Meskipun demikian, kenaikan ini terhenti seiring dengan spekulasi bahwa konflik antara Iran dan Israel akan tetap terkendali.
Mengutip laporan dari Bloomberg pada Senin (15/4/2024), harga minyak mentah Brent sempat mengalami kenaikan sebesar 0,7% ke level US$91,05 per barel pada awal perdagangan Asia sebelum kemudian melandai. Sementara itu, harga Brent untuk kontrak Juni terpantau melemah 0,1% menjadi US$90,33 per barel pada pukul 06.31 waktu Singapura. Di sisi lain, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS (WTI) untuk kontrak Mei mengalami penurunan sebesar 0,2% menjadi US$85,5 per barel.
Minyak mentah telah menjadi salah satu komoditas dengan performa terkuat tahun ini karena OPEC+ mempertahankan suplai yang ketat untuk menguras persediaan dan mendukung harga. Serangan terbaru dari Iran telah meningkatkan ketegangan di wilayah yang memproduksi sekitar sepertiga minyak mentah dunia, namun hal ini dianggap sebagai perubahan terbaru dalam pertikaian yang berlangsung sejak serangan Hamas yang didukung oleh Teheran terhadap Israel pada bulan Oktober tahun lalu.
Meski begitu, misi Iran untuk PBB mengumumkan bahwa serangan tersebut “dapat dianggap selesai”, yang mengurangi risiko terjadinya konflik yang lebih luas untuk saat ini. Namun demikian, pasar minyak mentah telah mengetat secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir, meningkatkan biaya energi dan menjadi perhatian bagi para gubernur bank sentral yang berusaha untuk menekan inflasi.
Para analis juga telah mempertimbangkan kemungkinan bahwa harga minyak mentah dapat kembali mencapai US$100 per barel menjelang serangan akhir pekan yang dilakukan oleh Iran. Pekan lalu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyatakan bahwa minyak perlu dipantau secara ketat dalam beberapa bulan mendatang untuk memastikan keseimbangan pasar yang sehat dan berkelanjutan.
Di sisi lain, International Energy Agency (IEA) mencatat adanya risiko dari konflik lain, khususnya serangan pesawat tak berawak Ukraina terhadap kilang minyak Rusia yang dapat mengganggu pasar produk minyak bumi.
Serangan yang dilakukan oleh Iran terjadi di tengah meningkatnya permintaan. Para penyuling AS sedang bersiap-siap untuk meningkatkan produksi bahan bakar untuk musim panas, yang merupakan musim berkendara tradisional di mana konsumsi mencapai puncaknya. Selain itu, data makroekonomi terbaru dari China menunjukkan kemungkinan pemulihan ekonomi, yang mendukung prospek konsumsi bahan bakar.
Risiko terhadap pelayaran juga menjadi fokus setelah Iran menyita kapal MSC Aries, yang merupakan bagian dari Zodiac Group yang terkait dengan Israel, di dekat jalur utama Selat Hormuz tak lama sebelum serangan terhadap Israel. Tindakan ini menimbulkan kekhawatiran atas keselamatan kapal di wilayah tersebut, menambah gangguan logistik yang sebelumnya telah terjadi akibat serangan di Laut Merah.
Komentar