Pada perdagangan Senin ini, rupiah masih berpotensi melemah terhadap dolar AS, dipengaruhi oleh ketegangan yang terus memanas di Timur Tengah. Menurut pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, situasi konflik yang belum mereda menjadi faktor utama yang memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah.
“Situasi konflik yang masih memanas di Timur Tengah menjadi salah satu pendorong potensial pelemahan rupiah terhadap dolar AS,” ujar Tjendra dilangsir ANTARA di Jakarta, Senin.
Serangan drone yang terjadi di Iran pekan sebelumnya membuat pasar keuangan global tetap dalam kewaspadaan tinggi terhadap potensi eskalasi konflik di wilayah tersebut.
Tak hanya itu, keputusan Kongres Amerika Serikat (AS) untuk memberikan bantuan besar-besaran kepada Ukraina, Israel, dan Taiwan juga turut menjadi sorotan. Bantuan tersebut dipandang oleh pasar sebagai pemicu potensial untuk memperburuk konflik yang sedang berlangsung.
Sementara itu, data neraca perdagangan Indonesia untuk bulan Maret 2024 akan dirilis pada pagi hari ini. Tjendra mengungkapkan bahwa jika neraca perdagangan Indonesia masih surplus, hal ini mungkin dapat memberikan dukungan untuk menahan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Dalam proyeksi Tjendra, terdapat potensi pelemahan rupiah menuju kisaran Rp16.300 per dolar AS, dengan level dukungan diperkirakan berada di sekitar Rp16.200 per dolar AS.
Pada awal perdagangan Senin pagi, rupiah tercatat menguat 45 poin atau sebesar 0,28 persen menjadi Rp16.215 per dolar AS dari level sebelumnya sebesar Rp16.260 per dolar AS. Meskipun demikian, pasar tetap waspada terhadap pergerakan lebih lanjut yang mungkin dipicu oleh dinamika geopolitik yang terus berubah.
Komentar