Pada perdagangan Selasa, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat, didukung oleh surplus yang signifikan dalam Neraca Perdagangan Indonesia. Kenaikan ini membawa optimisme di pasar keuangan domestik.
Menurut data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), surplus perdagangan pada bulan Maret mencapai 4,47 miliar dolar AS. Angka tersebut melampaui harapan pasar yang hanya sebesar 1,23 miliar dolar AS dan mengungguli surplus Februari 2024 yang hanya 834 juta dolar AS. Ini juga merupakan surplus tertinggi dalam 12 bulan terakhir, menandakan kinerja perdagangan yang menggembirakan.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menyatakan bahwa rilis data neraca perdagangan memberikan sentimen positif bagi rupiah. Penurunan impor yang lebih dalam dari perkiraan dan kinerja ekspor yang kuat menjadi faktor utama di balik surplus yang signifikan ini.
Meskipun demikian, ada faktor yang membatasi penguatan lebih lanjut dari rupiah. Salah satunya adalah respons pasar terhadap keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait perselisihan hasil pemilihan presiden (pilpres) yang diumumkan baru-baru ini. Sidang pembacaan putusan PHPU Pilpres 2024, yang menolak permohonan dari kedua pasangan calon presiden, menjadi fokus perhatian.
Investor juga mengantisipasi hasil dari Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia bulan April 2024, yang dijadwalkan pada pekan ini. Pergerakan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga mencerminkan dinamika ini dengan turun ke level Rp16.244 per dolar AS pada Selasa, dari sebelumnya Rp16.224 per dolar AS.
Dengan kondisi ekonomi global yang belum stabil dan ketidakpastian politik di dalam negeri, pasar akan terus memantau perkembangan ini dengan cermat untuk mengantisipasi potensi perubahan dalam nilai tukar rupiah ke depannya.
Komentar