Kita hidup dalam era di mana penghargaan diri dan eksposur publik menjadi semacam mata uang sosial. Di tengah dinamika ini, tidak sulit untuk terperangkap dalam jaringan narcissism yang menyesatkan. Narcissism bukan sekadar tentang mencintai diri sendiri, tetapi lebih kepada obsesi akan citra diri dan kebutuhan akan pujian dan pengakuan dari orang lain.
Pada dasarnya, tidak ada yang salah dengan mencintai diri sendiri. Sebagai manusia, kita semua memiliki kebutuhan akan pengakuan dan penerimaan dari lingkungan sosial kita. Namun, permasalahan muncul ketika kecintaan terhadap diri sendiri berubah menjadi obsesi yang membutakan kita dari realitas dan mengurangi empati terhadap orang lain.
Salah satu ciri utama narcissism adalah kesulitan dalam memahami dan merasakan perasaan orang lain. Individu yang terjebak dalam jaringan ini cenderung melihat orang lain sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri, tanpa mempertimbangkan perasaan atau kebutuhan individu lain. Mereka hidup dalam dunia di mana mereka adalah pusat dari segalanya, dan pandangan alternatif jarang diakui.
Namun, paradoksnya, narcissism juga sering kali berakar dari kurangnya kepercayaan diri yang sejati. Ketika seseorang tidak merasa cukup berharga atau berarti, mereka mungkin mencari validasi dari luar sebagai cara untuk mengisi kekosongan itu. Mereka terperangkap dalam lingkaran setan di mana semakin banyak pujian yang mereka terima, semakin banyak mereka merasa perlu untuk mendapatkannya.
Mengatasi narcissism bukanlah hal yang mudah. Ini melibatkan proses yang dalam dan sering kali menyakitkan dari introspeksi dan pertumbuhan pribadi. Ini membutuhkan keberanian untuk melihat ke dalam diri sendiri dengan jujur, mengenali kelemahan dan ketidaksempurnaan, dan belajar untuk menerima diri sendiri tanpa syarat.
Salah satu kunci untuk keluar dari jeratan narcissism adalah mengembangkan empati yang lebih besar terhadap orang lain. Melihat dunia melalui sudut pandang orang lain membantu kita memahami bahwa kita tidaklah sendirian di dunia ini, dan bahwa kebahagiaan dan kesuksesan kita tidak selalu bergantung pada pengakuan dari luar.
Di era di mana media sosial dan budaya pop menggambarkan citra sempurna yang tidak realistis, penting untuk mengingat bahwa kebahagiaan sejati berasal dari dalam. Itu bukan tentang berapa banyak pujian yang kita terima atau seberapa banyak orang yang memperhatikan kita, tetapi tentang bagaimana kita berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain di sekitar kita.
Jadi, mari kita tebus diri kita dari naratif narcissism yang membingungkan ini. Mari kita ciptakan ruang untuk pertumbuhan pribadi yang sejati, di mana kita bisa merangkul keunikan dan kelemahan kita dengan rendah hati. Hanya dengan melakukannya, kita dapat menemukan makna yang mendalam dan hubungan yang berarti dalam hidup kita.
Naura Tsabitah Dinayyah Siswi biasa seperti orang-orang kebanyakan, yang sedang mengemban ilmu di kelas 10.1 Madrasah Aliyah Negeri 2 Lubuklinggau. Anak pertama dari dua bersaudara, suka hal manis seperti bakpao coklat dan laki-laki. diamanahkan oleh ibu Huzaimah untuk menjadi ketua ekstrakulikuler kelompok ilmiah remaja (KIR) periode 23-24, dan dipercayai kak Affif untuk ikut serta dalam pembuatan proyek karya tulis kumpulan puisi yang sedang dipegang ini.
berharap keberadaannya bisa membuat beberapa orang jadi ingin membaca dan dibaca. Ia ingin hidup sebagai berguna.
Komentar