Harianbatakpos.com, Bengkulu – Kasus tragis pembunuhan Vina Dewi Arsita dan Muhammad Rizky Rudiana pada tahun 2016 kembali mencuat ke permukaan dengan berbagai detail baru yang terungkap.
Salah satu aspek yang menarik perhatian adalah percakapan antara Iptu Rudiana dan Liga Akbar di rumah sakit setelah peristiwa tersebut terjadi. Liga Akbar, teman dekat Eki, memberikan kesaksian yang mengubah narasi yang sudah beredar selama bertahun-tahun.
Pada hari peristiwa, Liga Akbar dan Eki berangkat dari Cirebon ke Majalengka untuk sebuah rapat organisasi, menjelang petang mereka kembali ke Cirebon dan bertemu dengan teman-teman mereka di warung depan SMAN 4 Cirebon.
Saat itu terjadi pemisahan antara Eki dan Vina, dengan Eki pergi untuk menjemput Vina kembali setelah maghrib. Namun, kehidupan mereka berdua tragis berakhir, dengan Eki meninggal dalam keadaan misterius di Jembatan Talun Cirebon.
Liga Akbar, yang sebelumnya menjadi saksi kunci dalam kasus ini, kini memberikan kesaksian yang berbeda dari apa yang sudah diputuskan oleh pengadilan pada tahun 2016. Dia mengungkapkan bahwa dia tidak bersama Eki di saat kejadian tersebut,
berbeda dengan kesaksian sebelumnya yang dijadikan bukti dalam persidangan. Kesaksian ini menggugat keabsahan kesaksian sebelumnya, yang kabarnya direkayasa oleh ayah Eki, Iptu Rudiana, seperti dilansir dari TRIBUNBENGKULU.COM.
Percakapan antara Iptu Rudiana dan Liga Akbar di rumah sakit menyisakan banyak tanda tanya. Iptu Rudiana menanyakan kepada Liga Akbar apakah dia bersama Eki saat kejadian itu, dan Liga Akbar dengan jujur menjawab bahwa tidak.
Hal ini menunjukkan bahwa Iptu Rudiana sendiri mungkin mencari kejelasan tentang apa yang terjadi pada malam itu, meskipun terlihat bahwa ada upaya untuk menegaskan bahwa Eki terlibat dalam kecelakaan.
Namun, kejanggalan dalam kasus ini tidak hanya terbatas pada kesaksian Liga Akbar. Hotman Paris, seorang pengacara kondang yang terlibat dalam kasus ini, juga menyoroti beberapa kejanggalan yang baru-baru ini muncul.
Ia menegaskan bahwa Iptu Rudiana, ayah dari Eki, mengirim utusan kepadanya dengan pesan terselubung yang mencoba meyakinkan bahwa pelaku sebenarnya adalah Pegi Setiawan, yang saat ini ditahan oleh polisi. Hal ini mengejutkan Hotman Paris karena sebelumnya Iptu Rudiana tidak pernah merespons permintaan Hotman untuk memberikan keterangan lebih lanjut.
Hotman Paris menolak menjadi kuasa hukum dari pihak Rudiana, dengan alasan bahwa ada kejanggalan dari pesan yang disampaikan oleh utusan Rudiana tersebut. Ia menegaskan bahwa sikapnya tetap berpihak pada keadilan bagi keluarga Vina, dan mendesak agar penyidikan kasus ini ditangguhkan sementara untuk memberikan waktu bagi tim pencari fakta yang lebih obyektif untuk melakukan penyelidikan yang lebih mendalam.
Peristiwa ini juga mencerminkan dinamika kompleks antara kepentingan pribadi, hukum, dan keadilan dalam kasus kriminal yang sensitif seperti ini. Publik dihadapkan pada perdebatan mengenai keabsahan bukti dan kesaksian yang mungkin telah direkayasa, serta upaya dari berbagai pihak untuk memastikan bahwa kebenaran sejati terungkap.
Selain itu, Liga Akbar juga menceritakan kronologi perjalanan mereka bersama Eki sebelum tragedi terjadi. Mereka berdua sempat bertemu dengan teman-temannya di Cirebon sebelum Eki pergi menjemput Vina, yang akhirnya membawa mereka ke lokasi yang mengubah hidup mereka selamanya. Liga Akbar juga memberikan gambaran tentang momen tragis di rumah sakit, di mana mereka mencoba memastikan identitas Eki dan Vina sebelum memberitahukan kepada keluarga mereka.
Keputusan Hotman Paris untuk menolak menjadi kuasa hukum dalam kasus ini tidak hanya mencerminkan profesionalisme, tetapi juga komitmen moralnya untuk memastikan bahwa proses hukum berjalan dengan adil dan transparan. Permintaannya kepada Presiden Joko Widodo untuk membentuk tim pencari fakta untuk mengusut kasus ini lebih lanjut menunjukkan ketegasan dalam menegakkan keadilan bagi korban.
Secara keseluruhan, kejanggalan dalam kasus Vina Cirebon dan intervensi yang tak terduga dari pihak terkait memperumit proses hukum yang seharusnya menjadi jalan bagi keadilan. Publik diharapkan untuk terus memantau perkembangan kasus ini, sambil menuntut transparansi dan kebenaran dalam menangani tragedi yang mengguncang masyarakat pada waktu itu.
Komentar