Ekbis
Beranda » Berita » Investor Asing Cabut dari Pasar Modal Indonesia, OJK Ungkap Penyebabnya!

Investor Asing Cabut dari Pasar Modal Indonesia, OJK Ungkap Penyebabnya!

Investor Asing Cabut dari Pasar Modal Indonesia, OJK Ungkap Penyebabnya!
Investor Asing Cabut dari Pasar Modal Indonesia, OJK Ungkap Penyebabnya!
HarianBatakpos – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa investor asing melakukan aksi jual atau net sell senilai triliunan rupiah di pasar modal Indonesia sepanjang tahun berjalan. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menyatakan bahwa di pasar obligasi, investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp52,19 triliun. Di pasar obligasi korporasi, investor asing juga mencatatkan net sell sebesar Rp1,41 triliun secara year-to-date (ytd). “Indeks pasar obligasi ICBI melemah 0,33% ytd ke level 373,40. Secara ytd, yield Surat Berharga Negara (SBN) naik rata-rata sebesar 41,77 bps di seluruh tenor,” ujar Inarno dalam Konferensi Pers RDK Bulanan, Senin (13/5/2024).

Data statistik BEI menunjukkan bahwa di pasar saham, investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp2,02 triliun pada hari Senin (13/5/2024). Secara ytd, aksi jual neto investor asing mencapai Rp530,74 miliar. Saham perbankan menjadi yang paling banyak dilego asing hari ini, seperti Bank Rakyat Indonesia (BBRI) sebesar Rp404,2 miliar, BCA (BBCA) sebesar Rp250 miliar, dan Bank Mandiri (BMRI) sebesar Rp226,8 miliar. “Tekanan di pasar saham global turut berdampak pada pasar saham domestik di bulan April 2024, dengan IHSG terkoreksi 0,53% ytd ke level 7.234,20 atau melemah 0,75 persen month-to-date,” jelas Inarno.

Industri reksa dana juga mengalami tekanan dengan nilai Asset Under Management (AUM) pengelolaan investasi tercatat sebesar Rp810,28 triliun, turun 1,75% ytd. Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana turun 4,33% menjadi Rp479,74 triliun. Penjualan bersih atau net redemption mencapai Rp56,18 triliun pada April 2024.

Terkait sentimen global, di Amerika Serikat (AS), Gross Domestic Product (GDP) AS melambat sebesar 1,6% quarter-to-quarter (qtq) dari sebelumnya 3,4%, yang merupakan penurunan terendah dalam dua tahun terakhir. Meskipun demikian, kinerja ekonomi AS masih menunjukkan tanda-tanda penguatan yang lebih tinggi dari ekspektasi, sehingga mempengaruhi ekspektasi pasar terhadap suku bunga yang tetap tinggi lebih lama.

Pasar Energi Stabil, Wall Street Naik Meski Ketegangan Iran-AS Meningkat

Di Eropa, European Central Bank (ECB) dan Bank of England (BOE) dihadapkan pada dilema antara pertumbuhan yang rendah dan inflasi yang tinggi. Pasar mengekspektasikan bahwa BOE dan ECB mungkin akan memilih menurunkan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Di China, meskipun terjadi pelemahan permintaan domestik, beberapa kinerja ekonomi rilis di atas ekspektasi pasar, dan pemerintah masih menerapkan kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif.

Di perekonomian domestik Indonesia, inflasi inti mengalami peningkatan yang mengindikasikan pemulihan permintaan selama periode Pemilu dan bulan Ramadan. Sektor manufaktur juga menunjukkan peningkatan kinerja, didorong oleh naiknya volume pesanan dan produksi baru. Pertumbuhan ekonomi kuartal I/2024 meningkat menjadi 5,11% year-on-year (yoy), dibandingkan kuartal IV/2023 yang mencapai 5,04% yoy. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) yang tumbuh 24,3% dan konsumsi pemerintah sebesar 19,9%.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *