Jakarta, BP – Pemerintah Indonesia masih dalam tahap mengkaji besaran tarif bea masuk terhadap barang-barang impor dari China. Rencananya, besaran tarif bea masuk itu senilai 200% untuk menanggulangi lonjakan impor dari Negeri Tirai Bambu.
Menurut Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Nathan Kacaribu, keputusan akhir terkait tarif tersebut masih dalam pembahasan antara Kementerian Keuangan, Kementerian Perdagangan, dan asosiasi industri terkait.
“Kita sedang memastikan bagaimana implementasi tarif ini dapat mendukung industri dalam negeri, terutama di tengah kondisi overcapacity di China yang mempengaruhi pasar global,” ujar Febrio Nathan Kacaribu di Gedung Parlemen, Jakarta, Kamis (4/7/2024).
Pembahasan mengenai tarif bea masuk ini juga melibatkan pertimbangan terhadap berbagai produk dari bahan baku hingga barang jadi, yang semuanya berpotensi terkena dampak impor dari China.
“Nah itu kan semuanya ada produksi di Indonesia juga, sehingga kita melihat bagaimana produksi di Indonesia ini bisa tetap berjalan dengan baik di tengah kondisi di China, di Tiongkok terutama overcapacity,” tambahnya.
Febrio juga menekankan bahwa kebijakan ini merupakan langkah untuk melindungi industri dalam negeri dari praktik dumping yang dilakukan oleh China.
“Dengan adanya tarif yang dapat diterapkan, kita berharap dapat mengendalikan masuknya barang-barang impor yang berlebihan, sehingga industri dalam negeri dapat tetap bersaing secara adil,” paparnya.
Kementerian Perdagangan melalui Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Budi Santoso, juga menegaskan bahwa proses pengenaan tarif bea masuk ini masih dalam tahap penyelidikan oleh Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI).
“Kami masih menunggu hasil penyelidikan dari KPPI terkait banjirnya impor dari China. Pengenaan tarif bea masuk yang tinggi bisa menjadi salah satu langkah untuk mempertahankan kestabilan pasar domestik,” kata Budi Santoso.
Diharapkan dengan langkah ini, industri dalam negeri dapat terus berkembang dan tetap kompetitif di pasar global yang dipengaruhi oleh dinamika ekonomi global saat ini.
Komentar