Sejumlah driver taksi online di Bandara Hang Nadim Batam menggelar protes yang viral di media sosial pada Jumat siang, dengan menggeruduk area bandara. Mereka menuntut keadilan atas dugaan tindakan semena-mena dari oknum taksi pangkalan yang memaksa penumpang untuk membatalkan pesanan atau bahkan menurunkan mereka di tengah jalan.
Massa driver taksi online yang memenuhi bundaran Rajawali Bandara Hang Nadim Batam sempat menghambat akses keluar bandara dalam aksinya tersebut. Safrizal, Kasatgas Komunitas Andalan Driver Online (Komando) Batam, menegaskan bahwa aksi ini dilakukan sebagai respons terhadap tindakan diskriminatif yang dialami oleh rekan-rekan mereka.
“Dalam kejadian ini, kami merasa sangat kecewa dengan tindakan diskriminatif oknum taksi pangkalan terhadap kami. Mereka tidak hanya memaksa penumpang membatalkan pesanan, tetapi juga menurunkan mereka di tengah perjalanan,” ujar Safrizal pada Sabtu.
Menurut Safrizal, pengelola bandara sebenarnya telah memberikan akses kepada armada transportasi online untuk menjemput penumpang hingga di area kedatangan. Namun, keputusan ini tidak dihormati oleh oknum taksi pangkalan yang melakukan tindakan persekusi terhadap driver taksi online.
“Aksi ini dipicu oleh keputusan pengelola bandara yang memberikan akses kepada kami untuk menjemput penumpang di area kedatangan. Namun, kami merasa kecewa karena keputusan ini tidak dihormati oleh pihak lain,” tambahnya.
Dalam peristiwa tersebut, empat rekan driver taksi online dilaporkan menjadi korban dari tindakan persekusi oknum taksi pangkalan. Safrizal juga menyebut bahwa pihaknya memiliki bukti berupa rekaman video yang mendokumentasikan kejadian tersebut.
Pengaduan dari driver taksi online ini mencuat setelah serangkaian insiden dimana penumpang mereka dipaksa membatalkan pesanan oleh oknum taksi pangkalan, serta ada yang bahkan ditinggalkan di tengah perjalanan. Hal ini menimbulkan kecaman dan protes dari komunitas driver taksi online yang merasa bahwa tindakan ini merupakan bentuk diskriminasi yang tidak dapat diterima.
“Dalam tindakan ini, kami merasa bahwa ada ketidakadilan yang terjadi. Penumpang memiliki hak untuk memilih moda transportasi yang mereka inginkan, dan tidak seharusnya dipaksa untuk membatalkan pesanan hanya karena ada oknum yang ingin memonopoli akses,” tegas Safrizal.
Pihak manajemen bandara sendiri belum memberikan tanggapan resmi terkait insiden ini. Namun, pengelola bandara telah mengizinkan armada transportasi online untuk menjemput penumpang di area kedatangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Sementara itu, reaksi dari masyarakat luas mengenai aksi protes ini beragam. Ada yang mendukung langkah para driver taksi online dalam melawan tindakan diskriminatif tersebut, sementara beberapa pihak lain menyoroti perlunya penegakan aturan yang adil bagi semua pihak yang terlibat dalam industri transportasi di bandara.
Aksi ini diharapkan dapat memunculkan kesadaran akan pentingnya menjaga prinsip keadilan dalam layanan transportasi publik, serta mengingatkan bahwa setiap penumpang memiliki hak yang sama untuk memilih moda transportasi yang mereka anggap sesuai dengan kebutuhan mereka.
Komentar