Ekbis
Beranda » Berita » Dominasi Mineral AS dan China, Apa yang Harus dilakukan Indonesia?

Dominasi Mineral AS dan China, Apa yang Harus dilakukan Indonesia?

Dominasi Mineral AS dan China, Apa yang Harus dilakukan Indonesia?
Dominasi Mineral AS dan China, Apa yang Harus dilakukan Indonesia?

Jakarta, BP – Amerika Serikat, yang semakin waspada terhadap dominasi mineral dari China, telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi ketergantungan terhadap logam kritis dari China. Sementara itu, China terus memperkuat cengkeramannya di pasar ini dengan menguasai teknologi dan penyediaan mineral penting bagi industri baterai kendaraan listrik (EV).

Luhut mengingatkan China masih mendominasi supply chain mineral kritis dan strategis, terutama untuk ekosistem kendaraan listrik. Market share Tiongkok juga mendominasi dalam mining dan processing mineral kritis. Dominasi mineral oleh Tiongkok juga besar dalam penguasaan teknologi komponen Lithium Baterai, tutur Luhut dalam acara MINDialogue.

Luhut menjelaskan AS memiliki keunggulan akses pasar yang besar di dalam negeri meskipun secara teknologi dalam pengolahan mineral kritis cukup tertinggal dengan Tiongkok. AS meningkatkan proteksionisme melalui penerapan tarif dan Inflation Reduction Act atau IRA. Kebijakan IRA melalui foreign entity of concern (FEOC) menerapkan limitasi terhadap produk yang berasal dari Tiongkok.

Presiden Prabowo dan Trump Sepakati Arah Baru Hubungan Dagang Indonesia – AS

AS juga baru saja menaikkan tarif bea impor dari China untuk tarif barang-barang industri strategis seperti EV, solar, baterai dan lain-lain. Data Badan Energi Internasional (EIA) menunjukkan China menguasai sejumlah mineral kritis dan strategis seperti tembaga, kobalt, grafit, hingga logam tanah jarang. Indonesia merupakan produsen terbesar untuk nikel.

“Amerika untuk meningkatkan EV-nya 11 kali sampai 2030, tanpa Indonesia tidak akan mungkin terjadi. Saya sampaikan juga kepada teman-teman saya di Amerika, saya katakan impossible. Kalian bisa meningkatkan 11 kali dari apa yang ada sekarang tanpa Indonesia. Karena Indonesia kontrol 70% daripada nickel ore dunia,” ujar Luhut.

Kekhawatiran mengenai meruncingnya persaingan AS-China juga disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Mansury. Dia mengingatkan persaingan kedua raksasa berimbas pada kebijakan ekonomi terkait pengamanan supply chain, upaya masing-masing negara memperkuat industri domestiknya hingga munculnya de-risking dan friend shoring.

Tingginya tensi geopolitik di dunia menciptakan sebuah fragmentasi ekonomi yang dapat memicu disrupsi rantai pasok ke berbagai negara. Negara teratas dalam penghasil pertambangan mineral tertentu di tahun 2022, seperti Chile, Indonesia, dan Kongo, tetap mempertahankan dominasi mereka dalam produksi mineral penting ini.

Lowongan Magang Kemenkeu 2025 Dibuka, Cek Syarat dan Jadwal Program

Pahala juga mengatakan ada negara tertentu yang sangat menguasai investasi dan teknologi dalam penambangan dan pengolahan mineral kritis. Semakin banyak pula negara yang melakukan pembatasan akses pasar beralasan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola.

Pahala mengatakan ketegangan China-AS membuat pratek friend-shoring atau orientasi perdagangan dengan memprioritaskan negara-negara yang memiliki kebijakan politik serupa semakin meningkat. Akibatnya kemajuan atau investasi juga menjadi konsentrasi kepada negara-negara yang sama seperti mereka atau hanya ‘negara teman’.

“Ini mendorong supaya investasi dan perdagangan terdorong khusus di negara-negara yang dianggap teman,” tutur Pahala dalam acara MINDialogue.

Dominasi mineral yang dimiliki Indonesia menjadi peluang besar untuk memperkuat posisinya di pasar global. Senior Vice President Macquarie Group, Dony Setiady, optimis Indonesia bisa menjadi raja nikel dunia karena cadangan nikel di Indonesia melimpah. Dengan cadangan tersebut, Indonesia juga memiliki bargaining power tinggi.

Supply nikel RI secara global telah mencapai 55% di 2023 dan diprediksi akan meningkat 75-85% pada 2029 dan 80% pada 2030. “Karena Indonesia miliki 55% global supply nikel, dan bisa sampai 80% di 2030. Jadi bukan tidak mungkin untuk set harga,” kata Dony dalam acara CNBC Indonesia MINDialogue.

Untuk mencapai tahap bisa menentukan harga, Dony meminta pemerintah pun perlu hadir memberikan insentif bagi para pihak yang ingin menjalankan program hilirisasi. Hal ini menjadi momen penting dalam membuat Indonesia jadi penentu harga nikel dunia.

Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID, Dilo Seno Widagdo menuturkan bahwa MIND ID punya roadmap yang jelas terkait pengelolaan mineral strategis dan kritis. Hal ini sejalan dengan mandat MIND ID untuk menjadi perusahaan global dan holding di tambang yang mempunyai peran besar terhadap penerimaan negara dan mendukung industri nasional.

Untuk itu lanjutnya, MIND ID selalu berusaha memilih mineral yang memiliki nilai strategis dan bisa dimanfaatkan oleh industri. “Mineral-mineral itu apa saja yang dipilih dan diselaraskan dengan industri strategis yang akan berkolerasi dengan mineral strategis, dan didefinisikan memang mempunyai peran terhadap penerimaan negara dan mendukung industri nasional,” kata Dilo dalam acara CNBC Indonesia MINDialogue.

Indonesia juga berpotensi menjadi produsen katoda tembaga terbesar keempat dunia pada 2025 setelah beroperasinya smelter baru PT Freeport Indonesia (PTFI) di Gresik. Staf Khusus Menteri ESDM bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif menilai dengan menjadi produsen katoda tembaga terbesar keempat, maka hal itu akan menguntungkan bagi Indonesia.

Sebab, tembaga saat ini menjadi salah satu komponen utama untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik. Sehingga kegunaannya cukup vital bagi rencana strategis pemerintah ke depan. Sementara itu, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengungkapkan Indonesia akan mulai menghasilkan 1,5 juta ton katoda tembaga pada tahun depan. Katoda tembaga tersebut berasal dari produk smelter PTFI dan Amman Mineral.

Dengan besarnya sumber daya alam yang dimiliki Indonesia dalam rantai pasok mineral kritis dan strategis dunia maka penting bagi Indonesia untuk mengembangkan industri, sumber daya manusia, hingga teknologi di sektor tersebut. Indonesia juga tidak boleh terjebak dalam persaingan geopolitik antara China dan AS dalam pengelolaan mineral kritis dan strategis.

Berikut adalah tabel mengenai negara teratas dalam penghasilan pengolahan mineral tertentu pada tahun 2022:

Mineral kritis Negara Persentase (%)
Tembaga China 42
Chile 9
Nikel Indonesia 43
China 17
Rusia 5
Kobalt China 74
Finlandia 10
Lithium China 65
Chile 29
Grafit China 100
Argentina 5
Logam Tanah Jarang China 90
Malaysia 9

Sumber: IEA

Berikut adalah tabel mengenai negara teratas dalam penghasilan pertambangan mineral tertentu pada tahun 2022:

Mineral kritis Negara Persentase (%)
Tembaga Chile 24
Peru 11
Nikel Indonesia 49
Rusia 6
Filipina 10
Kobalt Kongo 74
Australia 3
Lithium Australia 47
Chile 26
China 17
Grafit China 70
Mozambik 12
Madagascar 9
Logam Tanah Jarang China 68
AS 11
Australia 9

Sumber: IEA

 

Berikut adalah jenis mineral kritis yang dimiliki Indonesia:

No. Mineral Kritis Jenis Komoditas Tambang
1 Aluminium Bauksit
2 Antimoni Antimoni
3 Barium Barit
4 Berilium Berilium
5 Besi Bijih Besi
6 Bismut Bismut
7 Boron Boron
8 Kadmium Cadmium
9 Feldspar Feldspar
10 Fluorspar Fluorspar
11 Fosfor Fosfat
12 Galena Galena
13 Galium Galium
14 Germanium Germanium
15 Grafit Grafit
16 Hafnium Hafnium
17 Indium Indium
18 Kalium Kalium
19 Kalsium Kalsium
20 Kobalt Kobal
21 Kromium Kromit
22 Litium Litium
23 Logam Tanah Jarang Logam Tanah Jarang
24 Magnesium Magnesium
25 Mangan Mangan
26 Merkuri Sinabar
27 Molibdenum Molibdenum
28 Nikel Nikel
29 Niobium Niobium
30 Palladium Palladium
31 Platinum Platina
32 Ruthenium Ruthenium
33 Selenium Selenium
34 Seng Seng
35 Silika Pasir kuarsa, Kuarsit, Kristal kuarsa
36 Sulfur Belerang
37 Skandium Skandium
38 Stronsium Stronium
39 Tantalum Tantalum
40 Telurium Telurium
41 Tembaga Tembaga
42 Timah Timah
43 Titanium Titanium
44 Torium Torium
45 Wolfram Wolfram
46 Vanadium Vanadium
47 Zirkonium Zirkon

Ini menunjukkan berbagai jenis komoditas tambang mineral kritis yang dimiliki dan dieksplorasi oleh Indonesia.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *