Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung dalam dua hari, dari 16 hingga 17 Juli 2024, diharapkan dapat memberikan arahan jelas mengenai kebijakan moneter. Hasil dari rapat ini akan diumumkan pada Rabu sore hari, dan para investor mencermati langkah Bank Indonesia dalam kebijakan suku bunga, terutama setelah rilis neraca dagang yang menunjukkan pergerakan negatif bagi rupiah.
Rupiah melemah setelah surplus neraca dagang periode Juni 2024 berada di bawah konsensus. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa neraca perdagangan tercatat surplus sebesar US$2,39 miliar, yang terbilang di bawah ekspektasi CNBC Indonesia sebesar US$2,88 miliar. Surplus neraca perdagangan yang mengecewakan ini menambah sentimen negatif terhadap stabilitas nilai tukar rupiah, sehingga kekhawatiran terhadap pasokan dolar AS di dalam negeri pun semakin meningkat.
Selain itu, para pelaku pasar juga menantikan respon dari ‘geng Thamrin’ terkait sikap The Fed mengenai suku bunga yang mulai menunjukkan pelonggaran. Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, pada Senin menyatakan bahwa tiga pembacaan inflasi AS selama kuartal kedua tahun ini “menambah keyakinan” bahwa laju kenaikan harga kembali ke target yang diinginkan. Pernyataan ini menunjukkan bahwa penurunan suku bunga mungkin tidak akan lama lagi, yang bisa berdampak signifikan pada nilai tukar rupiah ke depannya.
Dengan kondisi ini, para investor diharapkan tetap waspada dan memantau perkembangan selanjutnya dari kebijakan moneter Bank Indonesia serta situasi inflasi di AS. Pentingnya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah menjadi prioritas utama untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Komentar