HarianBatakpos.com – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menanggapi terkait tren meningkatnya rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) di perbankan nasional, terutama pada sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, NPL gross naik dari 2,25% pada bulan Maret menjadi 2,33% per bulan April, dan naik lagi menjadi 2,34% pada bulan Mei. Secara spesifik, NPL gross sektor UMKM pada bulan Mei 2024 tercatat tinggi, yakni sebesar 4,27% naik tipis dari sebulan sebelumnya, 4,26% pada April 2024. Bank BRI, bank yang fokus terhadap sektor UMKM, mengakui bahwa ada kenaikan pada rasio kredit bermasalah terutama di segmen usaha kecil dan mikro. Direktur Utama Bank BRI Sunarso mengatakan, NPL di bank pelat merah tersebut berada di posisi 3,05% saat ini.
“Jadi sebenarnya, NPL UMKM Bank BRI masih lebih baik atau di bawah NPL rata-rata industri perbankan di UMKM. Itu dulu paling penting,” ujar Sunarso saat Paparan Publik Triwulan 2 Bank BRI secara virtual, Kamis (25/7/2024).
Namun begitu, Bank BRI tetap menyiapkan strategi untuk mengantisipasi tren kenaikan NPL UMKM di perbankan nasional. Sunarso mengatakan caranya adalah “jangan memaksakan diri untuk tumbuh di situ.”
“Karena begitu kita kasih kredit, [setelah] tiga bulan macet. Kasih kredit, [setelah] enam bulan macet. Itu jangan sampai terjadi,” pungkasnya.
Maka demikian, pertama, Bank BRI harus tetap tumbuh di sektor UMKM tapi “sangat selektif.” Sunarso menguraikan, hal itu diupayakan dengan memperketat kriteria penerimaan risiko kredit dan target penyaluran kredit. Selanjutnya, memilah-milah lagi portofolio kredit UMKM yang sudah ada di Bank BRI. Sunarso mengatakan pihaknya akan mencari kredit mana yang masih bisa dilanjutkan, dan yang sedang bermasalah.
Langkah kedua, Sunarso mengatakan antisipasi perburukan kualitas kredit NPL dilakukan dengan cara restrukturisasi. Dalam hal ini, jika pemerintah memutuskan untuk melanjutkan program restrukturisasi kredit Covid-19, Bank BRI siap menjalankannya. Jika tidak, Bank BRI siap melakukan sendiri sesuai ketentuan umum.
Langkah ketiga, jika kredit bermasalah tidak bisa direstrukturisasi, Bank BRI terpaksa akan melakukan hapusbuku atau write off.
“Di situlah cadangan berbicara, seberapa kuat kita punya cadangan. Sekarang candangannya Bank BRI terhadap NPL itu, lebih dari dua kali. Jadi itu cukup, kalau misal dilakukan write off atau hapusbuku,” imbuh Sunarso.
Strategi terakhir, ia mengatakan Bank BRI akan tetap melakukan penagihan bagi kredit yang sudah dihapusbuku tersebut. Ini untuk meningkatkan dan fokus kepada pemulihan dari kredit-kredit yang sudah dihapusbuku.
Komentar