HarianBatakpos.com – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa masyarakat Indonesia masih lebih banyak menggunakan layanan jasa keuangan konvensional dibandingkan dengan jasa keuangan syariah. Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2024, data ini mencerminkan tingkat pemahaman dan akses masyarakat terhadap berbagai produk jasa keuangan.
Literasi keuangan merupakan pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang mempengaruhi sikap serta perilaku dalam pengelolaan keuangan. Ini penting untuk mencapai kesejahteraan finansial yang optimal. Dalam hal ini, survei menunjukkan bahwa literasi keuangan masyarakat Indonesia mencapai 65,43%, sementara inklusi keuangan berada pada angka 75,02%.
Menurut Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, survei yang dilakukan terhadap 10.800 responden berusia 15-79 tahun di 34 provinsi mengungkapkan bahwa 65,34% dari populasi Indonesia memenuhi kriteria literasi keuangan. “Kriteria literasi keuangan ini meliputi pengetahuan, keterampilan, keyakinan, sikap, dan perilaku,” ujarnya di gedung BPS Jakarta pada Jumat (2/7).
Sebanyak 72% responden menggunakan dan memiliki akses terhadap produk jasa keuangan. Namun, jika dibagi berdasarkan layanan konvensional dan syariah, terlihat bahwa masyarakat lebih memilih jasa keuangan konvensional. Indeks literasi keuangan untuk jasa konvensional mencapai 65,08%, sementara inklusi keuangan mencapai 73,5%. Di sisi lain, indeks literasi dan inklusi keuangan syariah jauh lebih rendah, masing-masing sebesar 39,11% dan 12,88%.
Untuk mendalami lebih lanjut mengenai tren keuangan dan preferensi masyarakat Indonesia, artikel terkait di HarianBatakpos.com.
Komentar