Jakarta-BP: Imam besar Mesjid Istiqlal Nasaruddin Umar mengatakan bahwa dalam memaknai tahun baru hijriah 1440 H 2018, adalah merupakan tahun politik pemilihan legislatif, pemilihan Presiden dan Wakilnya.
Menurutnya, sebagai umat Islam perlu untuk menanamkan di dalam hati bahwa berbeda pilihan itu boleh, namun tidak boleh sampai menyebabkan perbedaan yang menjadikan pertikaian antara satu sama lain, karena sesama umat Islam itu harus tetap bersaudara dan tidak boleh dipisahkan oleh kepentingan politik sesaat.
“Justru momentum politik ini mari kita menjadikan Hijrah ini sebagai tahun pembelajaran untuk dunia Islam yang lain. Bahwa ada dunia Islam yang namanya Indonesia mampu menunjukkan satu sisi keislaman pada sisi lain demokrasi, di negera-negara Islam yang lain itu masih persoalan antara Islam dan demokrasi, tapi kita Alhamdulillah, demokrasi dan Islam itu bisa berjalan secara parallel, Hak asasi manusia dan Islam bisa berjalan parallel, Islam dan kesetaraan gender itu juga parallel, dll,” ucapnya ketika berdialog bersama Pro 3 RRI, Selasa (11/9/2018).
Selain itu, Nasrudin juga beranggapan bahwa di tahun 2018 ini merupakan tahun berbagi untuk saudara yang terkena musibah, baik saudara sebangsa dan seagama. Karena melihat dari Musibah di Lombok, banyak para korban yang membutuhkan uluran tangan.
“Nah disini kita perlu memberikan perhatian terhadap saudara kita sebagai bukti keislaman kita yang tangguh, itu artinya besar buat kita, dan buat mereka,” tuturnya.
Sumber: RRI (EI)
Komentar