Lumajang, Jawa Timur, harianbatakpos.com – Sebanyak 5.848 anak di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dari jumlah tersebut, 1.703 siswa Sekolah Dasar (SD) tidak melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP), sementara 4.145 siswa SMP memilih tidak melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA).
Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang, Yusuf Ageng Pangestu, mengungkapkan bahwa ada berbagai faktor yang menyebabkan anak-anak usia sekolah di Lumajang enggan melanjutkan pendidikan. Faktor ekonomi dan pergaulan menjadi penyebab utama, meski ada juga orang tua yang lebih memilih pondok pesantren sebagai tempat pendidikan meski tanpa sekolah formal.
“Banyak orang tua sebenarnya mampu menyekolahkan anak mereka, tapi anak-anak lebih memilih bekerja di tambang pasir dibanding sekolah,” ujar Yusuf, Kamis (15/8/2024).
Faktor Ekonomi dan Pilihan Kerja di Tambang Pasir
Pekerjaan di tambang pasir menjadi pilihan yang menarik bagi banyak anak muda di Lumajang. Sebagai kuli angkut pasir, mereka bisa membawa pulang uang tunai hingga Rp 200.000 per hari, jumlah yang sangat menggiurkan dibandingkan harus melanjutkan sekolah.
“Banyak yang memilih untuk terjun ke tambang karena di sana mereka bisa langsung bawa pulang uang dan tidak butuh ijazah,” kata Yusuf.
Pesantren Tanpa Pendidikan Formal
Selain itu, banyak orang tua yang memilih memasukkan anaknya ke pondok pesantren, meskipun pesantren tersebut tidak memiliki pendidikan formal. Akibatnya, siswa tersebut terdata sebagai anak yang tidak melanjutkan sekolah.
Untuk mengatasi masalah ini, Yusuf mendorong program “Sekolah Tamu” yang memungkinkan santri di pesantren tanpa sekolah formal untuk tetap belajar di sekolah terdekat. Jika santri tidak bisa keluar, sekolah yang akan menjemput bola sehingga mereka tetap mendapatkan ijazah formal.
“Kami berharap dengan program ini, tidak ada lagi anak yang tercatat putus sekolah,” pungkas Yusuf.
Komentar