Jakarta, Harian Batakpos.com – Pemerintah telah menetapkan asumsi rupiah sebesar Rp 16.000 per dolar AS dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025. Asumsi rupiah ini menjadi salah satu poin penting dalam APBN 2025 yang dibahas oleh berbagai pihak.
Penetapan asumsi rupiah ini diwarnai perbedaan pandangan antara pemerintah, yang diwakili Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. Menurut Perry, fundamental nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada 2025 akan berada pada kisaran Rp 15.300 sampai dengan Rp 15.700. Namun, angka itu belum mempertimbangkan risiko tekanan ekonomi global pada 2025.
“Tapi tadi kamu juga sampaikan kalau nilai fundamental belum mempertimbangkan kondisi geopolitik yang tadi Ibu Menkeu sampaikan bisa naik, bisa turun, dan karenanya perlu ada kehati-hatian di atas nilai fundamentalnya,” kata Perry saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Jakarta, Rabu (28/8/2024).
Perry menekankan, bila mempertimbangkan faktor risiko, logisnya sikap kehati-hatian pemerintah hanya menambahkan sekitar Rp 200 poin dalam RAPBN 2025, sehingga level asumsi kurs di kisaran Rp 15.900. “Ditambah Rp 200 sudah hati-hati, atau ditambah Rp 100 sudah hati-hati, tapi kalau ditambah Rp 400 menjadi Rp 16.100 berarti kan terlalu berhati-hati. Ya kesimpulannya kalau ditambah Rp 200 dari Rp 15.700 itu tambahan untuk kehati-hatian mungkin masih make sense. Tapi ini pandangan kami ya tentu dikembalikan ke pemerintah dan DPR,” ujarnya.
Sri Mulyani menekankan, pemerintah dalam menetapkan di level atas Rp 16.000 itu mempertimbangkan kondisi defisit transaksi berjalan yang berpotensi membengkak ke depannya, di samping ukuran cadangan devisa yang tercatat di Bank Indonesia. “Kalau kita bicara BoP (Balance of Payment) hampir semua proyeksi tentang CAD lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya dan CAD tidak berbalik semalam pak, enggak akan bisa berbalik dalam semalam. Itu yang sebabkan kami ekstra hati-hati,” ujar Sri Mulyani.
Komentar