Jakarta, Harian Batakpos.com – Tren kenaikan rupiah telah membawa mata uang Indonesia ini ke level Rp 15.400/US$ dalam beberapa hari terakhir. Lantas, apakah rupiah akan bisa menyentuh level Rp 14.000/US$?
Ekonom senior sekaligus mantan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan nilai tukar rupiah sebaiknya tak usah dipasang target. Menurut dia, selama rupiah bergerak dalam tren menguat maka itu sudah baik.
“Kita tidak usah bicara target, yang paling penting adalah rupiahnya dalam tren menguat,” kata Bambang di kantor Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) dikutip Jumat, (30/8/2024).
Selain itu, Bambang mengatakan penguatan nilai tukar mata uang suatu negara sebenarnya juga tidak boleh terlalu besar. Hal tersebut, kata dia, dapat mengganggu daya saing seperti ekspor.
“Penguatannya juga tidak bisa terlalu kuat, karena itu akan mengganggu daya saing dari segi ekspor,” katanya.
“Jadi pasti ada suatu angka yang merupakan angka yang paling optimal ya. Yang kita nggak akan tahu berapa, karena itu memang tergantung kepada pergerakan pasar,” tambahnya.
Sementara itu, dalam catatan Tim Research CNBC Indonesia, sepanjang pekan ini rupiah masih bergerak di zona penguatan dan bertahan di level terkuatnya sejak awal tahun. Melansir data Refinitiv, pada Jumat (30/8/2024) akhir pekan ini, rupiah ditutup melemah 0,26% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ke posisi Rp 15.450/US$.
Depresiasi pada akhir pekan berbanding terbalik dengan penguatan selama dua hari sebelumnya. Namun, rupiah masih mempertahankan level terkuat sejak awal tahun. Dalam basis mingguan, tren penguatan juga masih berlanjut dengan apresiasi 0,23% dan menandai rupiah bergerak di zona hijau selama lima pekan beruntun.
Pelemahan secara harian disinyalir karena tekanan terhadap indeks dolar AS (DXY) yang terpantau naik selama tiga hari beruntun. Pada akhir pekan ini, DXY berakhir di 101,69 dan sudah naik nyaris 1% dalam sepekan. Penguatan DXY menyusul data ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan, ditambah belanja konsumen naik.
Rupiah menguat di tengah optimisme pasar global didorong oleh peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Amerika Serikat (AS) yang mencapai 103,3 pada bulan ini, menjadi level tertinggi dalam enam bulan terakhir. Kepercayaan konsumen AS meningkat dari 101,9 pada Juli lalu, meskipun para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan indeks ini akan tetap di sekitar angka 100,3.
Kenaikan ini mencerminkan optimisme terhadap prospek ekonomi AS, meskipun terdapat kekhawatiran mengenai kondisi pasar tenaga kerja setelah tingkat pengangguran naik mendekati level tertinggi dalam tiga tahun, yaitu 4,3% pada periode sebelumnya.
Indeks Ekspektasi Conference Board, yang mengukur pandangan konsumen terhadap pendapatan, bisnis, dan kondisi pasar tenaga kerja dalam jangka pendek, juga meningkat menjadi 82,5, level tertinggi sejak Agustus 2023, naik dari 81,1 pada bulan Juli. Namun, konsumen tetap menunjukkan kekhawatiran terhadap pasar tenaga kerja, dengan persentase yang menganggap pekerjaan “banyak tersedia” turun menjadi 32,8% dari 33,4% pada bulan sebelumnya.
Meskipun inflasi telah menurun signifikan, pasar tenaga kerja yang kurang ketat menjadi alasan tambahan bagi bank sentral untuk mempertimbangkan penyesuaian kebijakan. Selain itu, pada hari ini pelaku pasar turut mencermati data pertumbuhan ekonomi AS yang pada kuartal II-2024 akan dirilis pada hari ini Kamis (29/8/2024).
Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan produk domestik bruto (PDB) perkiraan kedua AS pada kuartal II-2024 akan tumbuh 2,8%, sama seperti perkiraan awal yang diumumkan pada Juli. Setiap perubahan dapat mempengaruhi ekspektasi terhadap langkah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) berikutnya, meski The Fed sudah mengindikasikan akan memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan September mendatang.
Revisi ini juga akan sangat penting untuk menilai ketahanan ekonomi AS dalam menghadapi potensi penurunan suku bunga. Pelaku pasar menunjukkan bahwa kemungkinan The Fed akan memangkas suku bunganya pada pertemuan 18 September 2024 sebesar 71,5%. Pasar melihat peluang The Fed memangkas 25 basis poin ke target 5,00%-5,25% pada pertemuan tersebut.
Komentar