Jakarta, HarianBatakpos.com – Ekonom Senior Bank Mandiri, Reny Eka Putri, mengungkapkan bahwa fluktuasi pasar uang akan terus berlanjut akibat faktor eksternal, terutama terkait kepastian waktu penurunan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed. Hal ini menjadi perhatian penting bagi para pelaku pasar dan investor.
“Kami memperkirakan sebelum menurunkan suku bunga, The Fed akan kembali memantau secara ketat perkembangan indikator ekonomi, seperti pertumbuhan produk domestik bruto AS, tingkat inflasi, angka ketenagakerjaan, dan belanja konsumen,” kata Reny saat dilansir ANTARA di Jakarta, Senin.
Reny menuturkan jika inflasi dapat lebih rendah dan sejalan dengan target The Fed sebesar 2 persen, maka para pembuat kebijakan mungkin akan melihat penurunan suku bunga dua kali lagi untuk mendukung perekonomian sambil menjaga stabilitas harga pada tahun 2024. “Kepastian waktu penurunan suku bunga The Fed akan menentukan kondisi pasar keuangan dan volatilitas rupiah di masa mendatang,” ujarnya.
Selain itu, Reny juga menyoroti ruang penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate yang masih dapat berlanjut tahun ini. Perkembangan ekonomi global, ekspektasi inflasi, dan stabilitas rupiah, akan mendorong penurunan suku bunga lebih lanjut.
“Untuk memitigasi volatilitas eksternal, BI akan melanjutkan intervensi rangkap tiga serta optimalisasi lelang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia (SUVBI) guna menjaga stabilitas pasar keuangan dan menyerap aliran modal,” tutup Reny.
Dengan asumsi kebijakan The Fed akan menurunkan suku bunga acuan Fed Funds Rate menjadi 4,5 persen, BI-Rate menjadi 5,75 persen, dan potensi berlanjutnya aliran modal ke pasar domestik, ia memperkirakan nilai tukar rupiah dapat mencapai kisaran Rp15.400 sampai dengan Rp15.700 per dolar AS, serta imbal hasil (yield) obligasi acuan domestik berada pada kisaran 6,4-6,6 persen pada akhir tahun 2024.
Komentar