Medan, Harianbatakpos.com – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menegaskan bahwa deep learning ful-ful (mindful, meaningful, joyful) bukanlah sebuah kurikulum, melainkan pendekatan belajar yang berbeda.
Pernyataan ini ia sampaikan dalam acara Pak Menteri Ngariung di Kantor Badan Bahasa, Jakarta Timur, untuk meluruskan isu terkait penerapan kurikulum baru. “Deep learning itu bukan kurikulum. Deep learning itu pendekatan belajar,” jelas Mu’ti, dilansir dari detik.com.
Kurikulum Merdeka Masih Berlaku, Deep Learning Ful-Ful Sebagai Pendekatan
Menurut Abdul Mu’ti, Kemendikdasmen belum berencana mengganti Kurikulum Merdeka yang saat ini berlaku di sekolah-sekolah Indonesia.
Pendekatan deep learning ful-ful bertujuan untuk membuat siswa lebih fokus dan terlibat dalam proses belajar, tanpa harus menambah atau mengubah kurikulum yang sedang berjalan. Hal ini diharapkan dapat membantu siswa mendalami materi dengan lebih mindful, meaningful, dan joyful.
Aspirasi Baru untuk Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Dalam kesempatan yang sama, Abdul Mu’ti juga menyampaikan bahwa Kemendikdasmen sedang mengkaji aspirasi dari berbagai pihak, termasuk tokoh bahasa dan sastra, untuk meningkatkan standar pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah.
Masukan ini, yang mencakup penambahan sastra Indonesia ke dalam kurikulum dasar, sedang ditinjau lebih lanjut. “Insya Allah nanti materi-materi pelajaran akan kita lihat lagi, terutama menyangkut urutan, pembobotan, dan sebagainya,” tambahnya.
Fokus pada Pengajaran yang Mendalam dan Interaktif
Abdul Mu’ti menyatakan bahwa pendekatan deep learning ful-ful ini dirancang agar materi pelajaran yang diberikan lebih mendalam namun ringan.
Tujuan dari metode ini adalah memberi guru kebebasan dalam mengajar, sementara siswa dapat memahami materi dengan lebih baik. Dari sini, istilah “ful-ful” muncul untuk mencerminkan proses belajar yang mindful, meaningful, dan joyful.
Tantangan Pergantian Kurikulum di Indonesia
Dalam merespons permintaan agar kurikulum tidak diganti terlalu sering, anggota Komisi X DPR Sofyan Tan menekankan bahwa perubahan kurikulum berdampak besar, khususnya bagi lebih dari tiga juta guru di Indonesia.
Sofyan menyarankan agar pemerintah tidak mengubah kurikulum secara drastis, namun lebih memilih melakukan penyesuaian terhadap kebutuhan siswa dan perkembangan zaman.
Dengan pendekatan deep learning ful-ful, Mendikdasmen berharap dapat mendukung proses belajar siswa yang efektif dan menyenangkan tanpa harus mengubah kurikulum yang sudah ada.
Komentar