Jakarta, HarianBatakpos.com – Perubahan iklim memberikan dampak yang semakin nyata di berbagai wilayah dunia, termasuk Jakarta. Salah satu contoh yang signifikan terjadi di wilayah pesisir Jakarta Utara yang mengalami penurunan tanah yang sangat besar akibat fenomena perubahan iklim ini.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyampaikan hal ini saat melakukan kunjungan ke Tanggul Pantai Muara Baru pada Senin (4/11). Dalam kesempatan tersebut, AHY menyoroti dampak nyata perubahan iklim terhadap kawasan pesisir Jakarta Utara.
“Bisa dilihat teman-teman, tingginya permukaan air ini sudah lebih tinggi dibandingkan rumah-rumah yang di sana,” ujar AHY saat kunjungan tersebut.
Menurut AHY, Muara Baru merupakan salah satu daerah yang mengalami penurunan tanah yang paling serius dengan laju mencapai 10 cm per tahun. Dengan kondisi tersebut, diperkirakan dalam waktu 10 tahun ke depan, penurunan tanah di Muara Baru bisa mencapai 1 meter. Penurunan tanah ini sangat berdampak pada sekitar 20 ribu masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut. Salah satu dampak nyata yang sudah dirasakan oleh warga adalah munculnya banjir rob.
AHY juga menambahkan bahwa meskipun pembangunan tanggul dapat menjadi solusi untuk menangani banjir rob yang terjadi akibat penurunan tanah, solusi ini bersifat sementara. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya bagi pemerintah untuk merumuskan solusi jangka panjang guna mengatasi fenomena penurunan tanah dan perubahan iklim yang semakin parah.
Dampak perubahan iklim tidak hanya dirasakan di Jakarta, tetapi juga di seluruh dunia. Di belahan dunia lain, perubahan iklim juga mengungkapkan sejarah manusia yang terpendam di bawah es selama ribuan tahun. Sebagai contoh, tanda-tanda “kiamat” akibat pemanasan global semakin nyata dengan pembakaran bahan bakar fosil yang menghasilkan karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya. Ini menyebabkan suhu Bumi meningkat, yang berujung pada pencairan es yang terjadi dalam beberapa dekade terakhir.
Para ilmuwan dan arkeolog telah berhasil menemukan bukti kehidupan manusia yang ada sejak ribuan tahun lalu, salah satunya adalah penemuan jasad manusia yang terawetkan selama ribuan tahun yang dikenal sebagai Otzi, yang ditemukan di pegunungan Alpen pada tahun 1991. Jasad dan material di sekitar Otzi bisa diteliti lebih lanjut berkat proses pengawetan alami yang terjadi di dalam es.
Penemuan lainnya mengarah pada periode Neolitikum di Pegunungan Alpen, membuka bidang baru dalam arkeologi yang dikenal sebagai “arkeologi bongkahan es”. Selain itu, penelitian terhadap bongkahan es juga mengungkapkan jejak manusia yang terkubur ribuan tahun yang lalu di Eropa, Amerika Utara, dan Asia.
Salah satu penemuan menarik adalah bukti bahwa manusia telah berburu dan menggembalakan rusa kutub sejak 6.000 tahun yang lalu. Penemuan ini ditemukan di terowongan sepanjang 70 meter yang terukir dalam lapisan es Juvfonne di Norwegia. Pencairan es mengungkap banyak artefak kuno, termasuk peralatan yang digunakan dalam perburuan hewan besar.
Selain itu, penemuan serupa terjadi di Pegunungan Rocky pada tahun 2007, di mana arkeolog Craig Lee menemukan artefak di lapisan es tertua yang pernah ada. Salah satu artefak tersebut adalah alat untuk melempar anak panah yang terbuat dari kulit pohon birch muda, yang diperkirakan berusia lebih dari 10.000 tahun berdasarkan penanggalan karbon.
Komentar