Medan, HarianBatakpos.com – Banyak orang meyakini bahwa Natal, yang diperingati setiap 25 Desember, merupakan hasil dari kristenisasi perayaan-perayaan pagan.
Namun, seorang dosen dari Universitas Sanata Dharma mengajukan bukti bahwa umat Kristen telah merayakan Natal sejak abad II dan bahwa perayaan ini tidak terkait dengan paganisme.
Menurut teori sejarah agama, penetapan 25 Desember sebagai Hari Natal diduga terjadi pada abad IV Masehi, bertepatan dengan pemujaan dewa-dewa pagan seperti Sol Invictus dan Saturnalia.
Namun, bukti-bukti dari manuskrip menunjukkan bahwa Natal telah dirayakan lebih awal. Misalnya, Hypolitus, seorang teolog dari abad III, menyebutkan dalam teksnya bahwa Yesus dilahirkan “di Betlehem, delapan hari sebelum kalender Januari (25 Desember).”
Selain itu, teori perhitungan kelahiran Yesus juga memberikan dasar untuk penetapan tanggal tersebut. Berdasarkan teks De Pascha Computus dan keterangan dari Sextus Julius Africanus, tanggal kelahiran Yesus dihitung dari tanggal kematiannya, yang diperkirakan jatuh pada 25 Maret.
Tradisi Yahudi percaya bahwa peristiwa kelahiran dan kematian orang suci terjadi pada tanggal yang sama. Dari sini, disimpulkan bahwa Yesus lahir sembilan bulan setelah 25 Maret, yakni pada 25 Desember.
Penetapan tanggal ini menunjukkan bahwa Natal tidak memiliki hubungan langsung dengan perayaan pagan. Misalnya, Sol Invictus dirayakan pada tanggal yang berbeda, dan tidak ada bukti kuat bahwa perayaan Mithras berlangsung pada 25 Desember.
Dengan demikian, perayaan Natal memiliki akar yang lebih dalam dalam tradisi Kristen daripada yang sering dipahami.
Dengan adanya bukti-bukti ini, penting untuk memahami bahwa perayaan Natal memiliki sejarah yang kaya dan kompleks, yang terpisah dari pengaruh pagan.
Komentar