Keruntuhan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad menjadi sorotan utama setelah terungkapnya peran Israel dalam dinamika konflik yang berkepanjangan di wilayah tersebut. Kejadian ini dipicu oleh perang antara kelompok Hizbullah dan Israel, yang merupakan dampak langsung dari serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023.
Peran Hizbullah dan Israel dalam Konflik
Menurut laporan dari The Guardian, Hizbullah, yang didukung oleh Iran, dianggap melakukan kesalahan strategi saat membuka front baru melawan Israel.
Setelah serangkaian serangan lintas batas yang menyebabkan ratusan ribu orang mengungsi, Israel meningkatkan serangannya terhadap Hizbullah.
Serangan udara Israel berhasil menghancurkan sebagian besar struktur komando Hizbullah, termasuk pemimpin mereka, Hassan Nasrallah.
Akhirnya, Hizbullah terpaksa menyetujui gencatan senjata yang menguntungkan Israel, dikutip dari CNBC Indonesia.
Di tengah kekacauan ini, kelompok Suriah Hayat Tahrir al-Sham (HTS) memanfaatkan situasi untuk menyerang kota Aleppo.
HTS dan Tentara Nasional Suriah, yang didukung oleh Turki, melihat peluang untuk bergerak karena mereka merasa sekutu Assad telah melemah dan tidak terorganisir. Ini menunjukkan bahwa situasi di Suriah semakin kompleks dan penuh ketidakpastian.
Dampak Jatuhnya Rezim Assad
Jatuhnya rezim Assad akan memutuskan rute pengiriman senjata dan material dari Teheran ke Hizbullah.
Dengan dukungan pasukan Kurdi Suriah yang semakin kuat, Hizbullah akan menjadi lebih rentan terhadap serangan Israel.
Meskipun Israel akan merasa diuntungkan dalam jangka pendek, tantangan baru muncul di depan.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah mulai meningkatkan kehadirannya di Dataran Tinggi Golan, menandakan perhatian mereka terhadap potensi serangan pemberontak dan kekhawatiran mengenai persenjataan rezim Suriah.
Situasi ini menunjukkan bahwa meskipun ada kemenangan bagi Israel, kawasan ini masih penuh dengan gejolak dan ketidakpastian.
Komentar