Memasuki musim hujan, warga Kota Probolinggo perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit leptospirosis.
Hingga saat ini, terdapat sembilan kasus leptospirosis yang dilaporkan di Kota Probolinggo pada tahun 2024, dengan dua di antaranya berujung pada kematian. Hal ini menjadi perhatian serius bagi Dinas Kesehatan setempat.
Kasus Leptospirosis di Probolinggo
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes-P2KB Kota Probolinggo, Asri Wahyuningsih, menjelaskan, “Tahun 2024 hingga sekarang, ada 9 kasus leptospirosis. Dua penderita di antaranya meninggal dunia.”
Dia juga mencatat bahwa tahun lalu terdapat delapan kasus dengan dua kematian, menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Meskipun demikian, hingga saat ini belum ada penetapan kejadian luar biasa (KLB) untuk kasus leptospirosis, dikutip dari jawapos.com.
Asri menekankan pentingnya kewaspadaan, terutama di daerah rawan seperti kawasan banjir, persawahan, dan permukiman kumuh. “Sebenarnya semua daerah rawan terjadi saat musim hujan.
Karena banyak genangan air, banyak sampah, atau tempat-tempat yang disukai tikus,” jelasnya. Kewaspadaan ini sangat penting mengingat tikus dapat membawa virus leptospirosis, terutama di musim hujan.
Penyebaran dan Sumber Penularan
Leptospirosis adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui air yang terkontaminasi, dengan air kencing dari hewan yang terinfeksi sebagai sumber utama. Hewan seperti tikus, babi, sapi, dan anjing dapat menjadi vektor penyebaran penyakit ini.
“Hujan deras akan membantu penyebaran penyakit ini, terutama di daerah banjir,” tambah Asri.
Dengan meningkatnya kasus leptospirosis di Kota Probolinggo, masyarakat diimbau untuk lebih waspada dan menjaga kebersihan lingkungan. Pencegahan yang tepat dan cepat sangat diperlukan untuk mengurangi risiko penyebaran penyakit ini.
Komentar