Medan, HarianBatakpos.com – Kematian seorang karyawan berusia 26 tahun di India, yang bekerja di Ernst & Young (EY), menyoroti masalah serius terkait kelelahan kerja. Anna Sebastian Perayil meninggal dunia setelah hanya empat bulan bekerja di perusahaan akuntan terkemuka tersebut. Dalam surat yang viral, ibunya, Anita Augustine, mengungkapkan bahwa putrinya mengalami kelelahan akibat tuntutan kerja yang berlebihan.
Perayil, yang berusaha keras untuk memenuhi ekspektasi di lingkungan kerja baru, mengalami berbagai masalah kesehatan. “Dia mulai mengalami kecemasan, susah tidur, dan stres setelah bekerja di sana,” tulis Augustine. Tuntutan yang tidak berkesudahan dan jam kerja panjang mengakibatkan kondisi kesehatan Perayil memburuk, dilansir dari CNN Indonesia.
Pada hari kematiannya, Perayil mengeluhkan sesak di dadanya. Dokter menyatakan bahwa kurangnya istirahat berkontribusi pada kondisi tersebut. Augustine menegaskan bahwa “tekanan untuk memenuhi harapan yang tidak realistis” berkontribusi pada tragedi ini.
Menyikapi insiden ini, Rajiv Memani, bos EY India, menyatakan penyesalannya karena tidak dapat hadir di pemakaman. Walaupun demikian, dia sebelumnya menyatakan skeptisisme terhadap penyebab kematian Perayil. Pihak berwenang India kini sedang menyelidiki kondisi kerja di EY.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa kelelahan kerja dapat memiliki konsekuensi yang fatal. Penting bagi perusahaan untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kesehatan mental dan fisik karyawan.
Komentar