Medan, HarianBatakpos.com – Kasus sapi perah dan kucing tertular flu burung pernah merebak pada awal 2024 di Amerika Serikat. Pakar Virologi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga, Prof Dr Suwarno drh MSi, mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap Avian Influenza atau flu burung yang dapat menyerang sapi perah dan kucing.
Flu burung merupakan penyakit kompleks yang terus berkembang, di mana hewan liar banyak yang mati akibat infeksi virus tersebut. “Flu burung terus berevolusi, bermutasi dan mengalami spillover, lompatan antar spesies yang berbeda,” jelas Prof Suwarno. Virus ini tidak hanya menginfeksi burung liar, tetapi juga manusia dan mamalia, dilansir dari tribunnews.com.
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan surat edaran melalui Kementerian Kesehatan untuk meningkatkan kewaspadaan. “Beberapa negara di Amerika, Eropa, Afrika, Asia, dan Australia telah melaporkan kasus flu burung akibat varian virus yang sangat patogen,” ungkapnya. Sapi perah merupakan salah satu hewan mamalia yang berisiko terpapar virus flu burung.
Penurunan produksi susu yang signifikan, mulai dari 20-100 persen, dapat terjadi akibat penularan virus. “Susu yang dihasilkan dapat tercemar dengan virus, dan susu mentah yang tidak dipasteurisasi berpotensi menyebarkan virus ke spesies lain, termasuk kucing dan hewan domestik lainnya,” tambah Prof Suwarno.
Gejala yang muncul pada sapi perah yang terinfeksi flu burung umumnya tidak spesifik, seperti penurunan nafsu makan, keluarnya lendir dari hidung, dan demam. Sementara itu, kucing lebih berisiko terjangkit flu burung dibandingkan anjing. Gejala pada kucing termasuk penurunan nafsu makan, lesu, dan kesulitan bernapas.
Untuk mencegah penyebaran, hindari memberi kucing susu tidak dipasteurisasi dan jaga agar kucing tetap di dalam rumah. “Segera bawa ke dokter hewan jika gejala yang disebutkan muncul,” pesan Prof Suwarno.
Komentar