Medan, HarianBatakpos.com – Gangguan pendengaran pada anak menjadi topik penting yang perlu diperhatikan oleh orang tua. Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) dr. Rizka Dany Afina, Sp.T.H.T.B.K.L menjelaskan bahwa peran telinga sangat vital dalam proses menerima suara. Jika salah satu bagian telinga mengalami cedera, gangguan pendengaran dapat terjadi.
Menurut dr. Rizka, gangguan pendengaran dapat dibedakan menjadi beberapa tipe. Tipe saraf terjadi akibat disfungsi saraf pendengaran dalam koklea. “Gangguan pendengaran tipe saraf ini bisa terjadi pada anak yaitu berupa gangguan pendengaran kongenital atau bawaan yang dapat disebabkan karena adanya gangguan dalam masa pembentukan organ pendengaran,” jelasnya, dilansir dari unusa.ac.id.
Penting bagi orang tua untuk melakukan skrining pendengaran pada bayi, terutama yang berisiko tinggi, seperti bayi lahir prematur atau dengan berat lahir rendah. “Idealnya pada 1-2 hari setelah lahir dilakukan screening pendengaran dengan alat OAE,” tambah dr. Rizka. Penanganan dini sangat penting untuk memastikan anak dapat berkomunikasi dengan baik dan tidak mengalami kesulitan saat bersekolah.
Selain itu, gangguan pendengaran juga dapat disebabkan oleh sumbatan serumen. “Gangguan pendengaran terjadi secara konduktif yaitu terdapat hambatan pengahantaran bunyi dari liang telinga ke telinga bagian tengah,” ungkapnya. Oleh karena itu, dr. Rizka menghimbau agar orang tua tidak mengorek telinga anak dan rutin memeriksakan telinga ke dokter.
Kondisi lain yang perlu diwaspadai adalah kebiasaan mendengarkan musik dengan earphone dan paparan suara bising. Penurunan pendengaran juga umum terjadi pada lanjut usia, yang dikenal sebagai presbikusis. Jika diperlukan, alat bantu dengar dapat digunakan setelah melalui pemeriksaan dokter.
Dengan pemahaman yang baik tentang penyebab dan solusi gangguan pendengaran, orang tua dapat lebih proaktif dalam menjaga kesehatan pendengaran anak.
Komentar