Medan, HarianBatakpos.com – Dalam konteks perekonomian Indonesia, langkah Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara untuk membeli surat berharga negara (SBN) menjadi sorotan penting. Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, memperkirakan bahwa Danantara akan memanfaatkan modal awalnya untuk berinvestasi pada SBN guna memaksimalkan dampak positif pada ekonomi. Hal ini menjadi peluang yang perlu diperhatikan.
Alasan Danantara Membeli SBN
Wijayanto menjelaskan bahwa Danantara akan menerima modal yang signifikan, termasuk Rp300 triliun dari efisiensi anggaran yang dikelola oleh pemerintah. Meskipun demikian, dia menunjukkan kekhawatiran mengenai kurangnya instrumen investasi menarik dalam jangka pendek. “Contohnya, pasar modal terlalu berisiko karena banyak saham ‘gorengan’ dan kolamnya terlalu kecil,” ujarnya, dilansir dari kompas.com.
Dia menambahkan bahwa jika Danantara berinvestasi di proyek strategis nasional (PSN), prosesnya akan memakan waktu antara satu hingga dua tahun untuk belanja modal. “Saya khawatir ujung-ujungnya [uang Danantara] ditaruh di SBN,” ungkapnya, merujuk pada risiko yang mungkin muncul.
Risiko Penggunaan SBN
Menurut Wijayanto, terdapat dua preseden buruk yang terkait dengan keputusan ini. Pertama, Danantara berpotensi memfasilitasi kecenderungan pemerintah untuk terus berutang. Kedua, meskipun ada aktivitas ekonomi, dampaknya terhadap perekonomian bisa sangat minimal. “Ketika negara itu sedang defisit, menutupnya dengan SBN,” jelasnya.
Sementara itu, CEO BPI Danantara, Rosan Perkasa Roeslani, menekankan bahwa investasi harus mengikuti prinsip kehati-hatian. “Kami mempunyai parameter-parameter yang tidak hanya dari segi return, tetapi juga terkait penciptaan lapangan pekerjaan dan meningkatkan daya saing,” ujarnya.
Dengan demikian, meskipun ada peluang bagi Danantara untuk berinvestasi di SBN, penting untuk tetap waspada terhadap implikasi jangka panjang bagi perekonomian nasional.
Komentar