Medan, HarianBatakpos.com – Kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Data Global Cancer Statistics (GLOBOCAN) mencatat lebih dari 408 ribu kasus baru kanker di Tanah Air selama tahun 2022 dengan angka kematian nyaris mencapai 243 ribu kasus. Jenis keganasan yang paling banyak terjadi di Indonesia, yaitu kanker payudara, paru-paru, serviks, usus besar, dan hati. Tingginya kasus kanker ini menuntut inovasi strategi pengobatan yang lebih efektif dan minim efek samping.
Inovasi Terapi Kanker
Salah satu pendekatan terbaru dalam terapi kanker dikembangkan para peneliti Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST) di Korea Selatan. Alih-alih membunuh sel kanker seperti metode konvensional kemoterapi dan terapi radiasi, teknologi temuan mereka menawarkan perspektif baru dalam pengobatan kanker, yaitu melalui upaya mengubah kembali sel kanker menjadi sel normal, dikutip dari kompas.com.
Tim peneliti yang dipimpin oleh Kwang-Hyun Cho dari Departemen Bio dan Rekayasa Otak KAIST mengembangkan teknologi berbasis digital twin untuk membalikkan sifat sel kanker pada usus besar. Digital twin dalam penelitian ini merupakan model virtual yang merepresentasikan jejaring gen dalam sel kanker dan sel normal. Melalui teknologi ini, peneliti dapat melakukan simulasi untuk memahami cara mengubah jalur genetik tertentu agar sel kanker bisa kembali normal.
Potensi Terapi Reversibel
Peneliti menemukan bahwa selama proses onkogenesis, ternyata masih ada peluang untuk mengembalikan sel tersebut ke jalur pertumbuhan normal. Dengan mengidentifikasi biomolekul utama yang mengatur pertumbuhan sel, terapi ini diperkirakan lebih aman dan efektif dibandingkan terapi konvensional. Hasil penelitian ini pun memperbesar peluang pengembangan terapi kanker yang reversibel dan berpotensi diterapkan pada berbagai jenis kanker.
Namun, teknologi ini masih perlu diuji lebih lanjut melalui uji klinis yang lebih besar. Penerapannya di Indonesia juga membutuhkan kolaborasi antara pemerintah dan institusi akademis. Dengan terus berkembangnya penelitian, kita berharap kanker tidak lagi menjadi vonis akhir bagi pasien, melainkan kondisi yang bisa disembuhkan dengan teknologi inovatif.
Komentar