Medan, HarianBatakpos.com – Kematian jurnalis asal Palu, Situr Wijaya, menimbulkan banyak pertanyaan dan keprihatinan. Jenazahnya terkatung-katung selama 10 jam karena belum ada pihak keluarga yang mengurus. Tim kuasa hukum Situr Wijaya, yang diduga tewas di Hotel Dparagon Kebon Jeruk, Jakarta Barat, mengungkapkan berbagai dinamika yang terjadi, mulai dari penemuan jenazah hingga proses pemulangan ke Sulawesi Tengah.
Kuasa hukum Situr Wijaya, Rogate Oktoberius Halawa, menjelaskan bahwa pihaknya pertama kali dihubungi oleh perwakilan keluarga Situr, yaitu Harley dan Johny B Latuheru, saat jenazah diangkut ambulans ke Rumah Sakit Duta Indah Jakarta Utara. “Saat itu posisi jenazah masih di dalam ambulans,” kata Oktoberius. Proses ini menunjukkan betapa pentingnya dukungan hukum dalam situasi mendesak, dikutip dari detik.com.
Tim kuasa hukum yang ditunjuk oleh istri korban, Selvianti, berusaha memastikan bahwa kasus ini diusut tuntas. “Johny B Latuheru dan Harvey sebagai perwakilan keluarga korban menunjuk kami sebagai kuasa hukum untuk mengajukan proses hukum agar diusut tuntas,” lanjut Oktoberius. Dukungan hukum ini menjadi krusial di tengah ketidakpastian yang melingkupi kematian Situr.
Dengan adanya laporan dugaan pembunuhan yang diajukan ke Polda Metro Jaya, harapan untuk keadilan semakin menguat. “Kami berharap agar polisi segera menuntaskan kasus ini dan tidak berlarut-larut,” tegas Oktoberius. Kasus ini menjadi pengingat bahwa setiap jurnalis berhak mendapatkan perlindungan dan keadilan.
Akhirnya, jenazah Situr Wijaya dipulangkan ke kampung halamannya di Desa Bangga, Kabupaten Sigi, setelah melalui proses yang panjang dan melelahkan. Kematian jurnalis ini tidak hanya menyentuh hati keluarga, tetapi juga mengingatkan kita semua akan pentingnya keselamatan para jurnalis dalam menjalankan tugas mereka.
Komentar