Medan, HarianBatakpos.com – Penerapan tarif resiprokal oleh Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump memberikan tekanan besar bagi perekonomian negara-negara mitra dagang, termasuk Indonesia. Peneliti Center of Reform on Economics (CoRE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, menggarisbawahi bahwa Indonesia belum memiliki daya tahan ekonomi yang memadai untuk menghadapi efek kebijakan tersebut.
“Kalau dikatakan Indonesia kuat, sebenarnya bisa dilihat dari beberapa indikasi awal. Misalnya IHSG yang mengalami penurunan paling tajam dibanding negara-negara Asia lainnya,” kata Yusuf. Penurunan ini mencerminkan ketidakpercayaan investor terhadap fundamental ekonomi Indonesia, yang berakibat pada arus modal keluar dari pasar keuangan domestik, dikutip dari kompas.com.
Meskipun keterkaitan Indonesia terhadap perdagangan global relatif lebih rendah dibanding negara lain, implikasi dari kebijakan tarif AS tetap harus diwaspadai. “Kita punya kontribusi share perdagangan internasional relatif kecil. Tapi yang perlu diantisipasi adalah implikasi yang lebih luas dari perang dagang yang digaungkan Presiden Trump,” ujar dia.
Salah satu dampak langsung adalah tekanan terhadap nilai tukar rupiah, yang berpotensi mendorong inflasi karena ketergantungan Indonesia pada impor bahan baku dan barang modal. Yusuf menjelaskan, “Ketika impor bahan baku mengalami kenaikan harga akibat pelemahan Rupiah, industri dalam negeri mau tidak mau harus menyesuaikan ongkos produksi.”
Selain itu, penurunan kinerja penerimaan negara di awal tahun memaksa pemerintah mencari pembiayaan alternatif. “Dalam kondisi saat ini, surat utang akan diterbitkan dengan imbal hasil yang lebih tinggi karena risiko pasar Indonesia yang meningkat,” kata dia.
Secara keseluruhan, Indonesia tidak berada dalam posisi tawar yang kuat untuk merespons kebijakan tarif AS secara agresif. “Indonesia paham melakukan retaliasi akan memberikan efek pada berbagai aspek perdagangan kita sendiri. Ini menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia belum cukup kuat menghadapi tarif resiprokal Amerika Serikat,” jelas dia.
Komentar