Solo, HarianBatakpos.com – Nama Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, kembali menjadi pusat perhatian publik. Bukan karena gebrakan program investasi atau strategi ekonomi, namun karena sebuah video viral dirinya turun dari jet pribadi mewah di Bandara Adi Soemarmo, Solo. Kemunculan video itu langsung memicu kontroversi dan menjadi bahan pembicaraan di berbagai platform media sosial.
Video Bahlil Lahadalia naik jet pribadi pertama kali diunggah melalui kanal YouTube Dunia Pesawat 86. Tak lama kemudian, video tersebut dibagikan ulang oleh akun Instagram @hitamputihgp.01 dalam bentuk Reels. Cuplikan itu menampilkan Bahlil bersama keluarganya turun dengan santai dan penuh percaya diri dari jet pribadi yang terlihat sangat eksklusif.
Momen ini pun memunculkan gelombang komentar dari netizen. Sebagian mempertanyakan gaya hidup pejabat publik, sementara lainnya menyindir penggunaan jet pribadi di tengah kondisi ekonomi masyarakat yang belum sepenuhnya pulih. Banyak yang menilai, gaya masuk ala film Hollywood itu tak mencerminkan kesederhanaan seorang pejabat negara.
Belum ada keterangan resmi dari Kementerian Investasi terkait jet yang digunakan oleh Bahlil Lahadalia tersebut. Publik bertanya-tanya apakah jet itu adalah fasilitas negara, disewa pribadi, atau mungkin bentuk “tanda terima kasih” dari investor. Ketidakjelasan inilah yang justru menambah panasnya perdebatan di dunia maya.
Kesan mewah dan eksklusif yang terekam dalam video jet pribadi Bahlil Lahadalia memang menampilkan citra berkelas, namun di sisi lain justru menimbulkan pertanyaan besar tentang transparansi pejabat negara. Apakah etis menggunakan moda transportasi mewah untuk urusan pribadi atau bahkan tugas resmi, tanpa ada penjelasan yang gamblang kepada masyarakat?
Hingga kini, Bahlil Lahadalia maupun juru bicara Kementerian Investasi belum memberikan klarifikasi resmi. Namun satu hal yang pasti, video ini telah berhasil menyulut diskusi tajam mengenai gaya hidup pejabat publik dan batasan antara tugas negara dan kepentingan pribadi.
Komentar