Teheran, harianbatakpos.com – Gencatan senjata Israel Iran yang diumumkan mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump ternyata belum sepenuhnya menghentikan konflik. Meski disepakati akan berlaku selama 24 jam, kenyataannya serangan udara masih terus berlanjut di berbagai wilayah, memicu kekhawatiran baru di kawasan Timur Tengah dan berdampak langsung pada harga minyak dunia.
Dalam pernyataan resminya melalui platform Truth Social, Trump menyebut bahwa Israel dan Iran telah setuju untuk menghentikan permusuhan. Gencatan senjata ini, yang diumumkan pada Senin malam, diklaim sebagai langkah positif menuju perdamaian pasca 12 hari konflik bersenjata yang melibatkan intervensi militer Amerika Serikat.
Namun situasi di lapangan justru berbanding terbalik. Meski pengumuman gencatan senjata telah disampaikan secara terbuka, Iran tetap meluncurkan serangan ke wilayah Israel, diduga sebagai respons atas agresi militer AS yang menewaskan sembilan warga Iran dan melukai puluhan lainnya. Serangan terbaru menghantam permukiman padat di Beersheva, menewaskan empat warga sipil dan melukai lebih dari 20 orang.
Konflik Israel Iran ini juga memicu kebingungan global. Bahkan mantan Duta Besar AS untuk Israel, Dan Shapiro, menyatakan bahwa tidak ada kejelasan kapan gencatan senjata benar-benar berlaku. Ia menyebut situasi ini “sangat membingungkan” karena kedua pihak masih saling melancarkan serangan meski batas waktu telah ditetapkan.
Sementara itu, Israel menyatakan tidak akan tinggal diam terhadap pelanggaran tersebut. Menteri Pertahanan Israel, Benny Katz, memerintahkan militer untuk melancarkan serangan balasan yang menghantam jantung kota Teheran, termasuk instalasi radar strategis milik Iran.
Di sisi lain, gejolak perang Israel Iran ini berdampak signifikan terhadap pasar energi global. Gencatan senjata yang rapuh menyebabkan harga minyak mentah dunia turun tajam. Berdasarkan laporan CNN, harga minyak mentah Brent merosot 6,1 persen menjadi 67,14 dolar AS per barel, sedangkan minyak West Texas Intermediate turun 6 persen ke angka 64,37 dolar AS per barel.
Penurunan harga minyak ini disambut positif oleh investor, karena meredakan kekhawatiran akan gangguan pasokan global. Sebelumnya, banyak pihak khawatir Iran akan menutup Selat Hormuz, jalur penting distribusi minyak dunia yang mengangkut sekitar seperempat dari total pasokan global. Namun dengan adanya gencatan senjata, ancaman tersebut untuk sementara mereda.
Meski demikian, para analis menilai bahwa stabilitas kawasan Timur Tengah masih sangat rentan. Jika gencatan senjata kembali gagal, maka risiko konflik berkepanjangan tetap tinggi dan bisa kembali memicu lonjakan harga energi serta ketegangan politik global.
Ikuti saluran Harianbatakpos.com di WhatsApp:
👉 https://whatsapp.com/channel/0029VbAbrS01dAwCFrhIIz05
Komentar