Jakarta, harianbatakpos.com – Mata uang rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan mencatatkan kinerja positif dua pekan berturut-turut. Tren penguatan rupiah ini menjadi sinyal positif di tengah pelemahan dolar AS secara global. Kinerja rupiah hari ini memperkuat posisi Indonesia di antara negara Asia lainnya.
Berdasarkan data dari Refinitiv, nilai tukar rupiah ditutup di level Rp16.180 per dolar AS pada akhir perdagangan pekan ini, Jumat (4/7/2025). Ini menandai penguatan harian sebesar 0,03%, sekaligus memperpanjang tren positif dua hari berturut-turut. Rupiah tercatat sebagai salah satu mata uang Asia yang menguat di tengah gejolak global.
Tren penguatan rupiah terhadap dolar AS ini menjadi yang terkuat sejak 29 Januari 2025, ketika rupiah menyentuh level Rp16.170 per dolar. Dalam sepekan terakhir, rupiah menguat 0,12%, melanjutkan reli dari pekan sebelumnya yang mencatat penguatan hingga 1,11%.
Meskipun menunjukkan tren positif, rupiah masih kalah dibandingkan beberapa mata uang Asia lainnya. Dolar Taiwan mencatatkan penguatan tertinggi sebesar 0,62%, disusul baht Thailand dengan kenaikan 0,49%. Sementara itu, rupee India dan dong Vietnam menjadi dua mata uang yang mengalami pelemahan minggu ini. Bahkan, dong Vietnam melemah 0,26% akibat dampak kesepakatan dagang antara AS dan Vietnam.
Kinerja rupiah terhadap dolar AS juga mendapat dukungan dari tren pelemahan indeks dolar secara global. Indeks dolar ditutup pada posisi 97,18, level terendah sejak April 2022. Bahkan, sepanjang semester I-2025, indeks dolar tercatat anjlok 10,7%—penurunan paling tajam sejak 1973 atau lebih dari 50 tahun terakhir.
Merosotnya dolar AS ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti ketidakpastian kebijakan tarif dari Presiden Donald Trump, menurunnya keunggulan ekonomi AS, serta kekhawatiran terhadap kesehatan fiskal negeri Paman Sam. Situasi ini mendorong para investor global untuk mulai mengalihkan aset mereka ke negara-negara Asia dengan fundamental makroekonomi yang lebih stabil.
Menurut Christopher Wong, analis OCBC, kombinasi dari faktor geopolitik, kebijakan tarif, serta memburuknya persepsi pasar terhadap keistimewaan ekonomi AS menyebabkan dolar tertekan secara signifikan. Dalam kondisi ini, mata uang Asia seperti rupiah mendapat ruang untuk menguat.
Penguatan rupiah juga didorong oleh arus masuk investasi portofolio dan cadangan devisa yang solid di Indonesia. Parisha Saimbi dari BNP Paribas mencatat bahwa besarnya cadangan valas di Malaysia dan Indonesia memungkinkan korporasi untuk melakukan lindung nilai terhadap risiko dolar atau merepatriasi dana dari luar negeri.
Daya tarik rupiah sebagai mata uang dengan imbal hasil tinggi menjadikannya pilihan investor global sebagai alternatif dari obligasi dolar yang volatil. Stabilnya kebijakan moneter Bank Indonesia serta kondisi fiskal yang terjaga turut menopang kepercayaan pasar.
Jika tren ini berlanjut, rupiah diprediksi akan terus menguat di pasar valuta asing selama tidak ada guncangan besar dari sisi eksternal.
Untuk informasi ekonomi terkini dan berita terupdate lainnya, ikuti saluran resmi harianbatakpos.com di WhatsApp:
https://whatsapp.com/channel/0029VbAbrS01dAwCFrhIIz05
Komentar