Headline Jakarta
Beranda » Berita » Autopsi Kedua Ungkap Juliana Marins Bertahan Hidup 32 Jam Usai Terjatuh

Autopsi Kedua Ungkap Juliana Marins Bertahan Hidup 32 Jam Usai Terjatuh

Akun Instagram ayah Juliana Marins, mengunggah salam perpisahan kepada putrinya, Juliana Marins, pendaki Brasil yang terjatuh di Gunung Rinjani.(Instagram/Manoel Marins)

Jakarta, Harianbatakpos.com – Hasil autopsi kedua yang dilakukan terhadap jenazah Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang meninggal dunia saat mendaki Gunung Rinjani, mengungkapkan fakta mengejutkan. Juliana diduga masih hidup hingga 32 jam setelah pertama kali terjatuh dari ketinggian sekitar 200 meter di jalur Cemara Tunggal, Lombok.

Temuan ini disampaikan oleh tim forensik di Brasil dalam konferensi pers yang digelar pada Jumat, 11 Juli 2025. Mereka menyatakan bahwa tubuh Juliana menunjukkan tanda-tanda bertahan hidup lebih dari satu hari, sebelum akhirnya meninggal akibat luka-luka fatal yang dialaminya.

Menurut adik korban, Mariana Marins, pada saat jatuh pertama, Juliana sempat terlihat masih bernapas dan memberikan respons terhadap suara drone. Namun, proses evakuasi yang sulit akibat medan ekstrem membuat penyelamatan tak dapat segera dilakukan.

BMPD Medan Run 2025 Berjalan Sukses, Raih Muri Transaksi Qris dan Meningkatkan Perekonomian UMKM

Autopsi dari Brasil memperkirakan kematian Juliana baru terjadi pada tengah hari tanggal 22 Juni 2025, lebih dari 32 jam setelah insiden awal. Hal ini berbeda dari hasil otopsi yang dilakukan di Indonesia yang menyebut korban meninggal kurang dari satu jam setelah jatuh akibat luka parah dan pendarahan internal.

Keluarga korban mengaku kecewa karena mengetahui hasil otopsi kedua tersebut melalui media, bukan dari otoritas resmi. Mereka menuntut kejelasan mengenai proses penyelidikan dan mengharapkan adanya transparansi dari pihak-pihak yang terlibat.

Kasus Juliana Marins menjadi sorotan publik dan membuka diskusi tentang pentingnya kesiapsiagaan tim SAR dalam menghadapi kondisi darurat di medan berbahaya. Banyak pihak menyerukan perlunya evaluasi terhadap prosedur penyelamatan dan peningkatan alat bantu evakuasi di kawasan wisata alam seperti Rinjani.

Juliana Marins sebelumnya dinyatakan hilang pada 21 Juni 2025 saat mendaki bersama rekan-rekannya. Jenazahnya ditemukan beberapa hari kemudian dalam kondisi mengenaskan di lereng gunung, memicu duka mendalam di Brasil dan komunitas pendaki internasional.

Polisi Tembak Perampok Betor Milik Kakek Disabilitas di Medan

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *