Ekonomi Opini
Beranda » Berita » Opini: Hilirisasi Produk Pertanian Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Opini: Hilirisasi Produk Pertanian Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Penulis sedang berada di kebun tomat. (foto/ist)

Oleh: Reza Fahlefy

PEMERINTAH Republik Indonesia yang dipimpin Prabowo Subianto sebagai Presiden dan Presiden RI dan didampingi Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden RI, sangat semangat menjalankan program hilirisasi di sektor pertanian selama menjabat 2024-2029.

Ini merupakan salah satu fokus utama dalam kebijakan ekonomi ​dengan target ataupun tujuannya untuk meningkatkan nilai tambah komoditas pertanian, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani dan memperkuat ekonomi di daerah maupun di nasional.

Dengan program hilirisasi itu, Presiden dan Wakil Presiden RI pasti sudah berpikir lebih jauh bagaimana target itu bisa berjalan dengan maksimal.

Pelaksanaan MBG Ternyata Berdampak pada Harga Pangan yang Meroket

Mereka harus menggenjot menteri Pertanian dan ketenagakerjaan untuk bersinergi agar tercapainya program hilirisasi pertanian dan meningkatkan jumlah tenaga kerja.

Karena, hilirisasi pertanian sangat bergantung dengan tenaga kerja yang memadai diberbagai sektornya.

Selain itu, tujuan adalah hilirisasi pertanian itu bukan untuk kesejahteraan petani semata. Akan tetapi, kegiatan hilirisasi itu berpotensi membuka lapangan pekerjaan didaerah masing masing.

Untuk hilirisasi di Provinsi Sumatera Utara, tentunya ini sangat didukung dengan potensi bahan baku yang melimpah, dapat memberikan dampak signifikan pada empat aspek utama diantarnya nilai tambah, kesejahteraan petani, penyerapan tenaga kerja, dan bisa sebagai pengembangan industri lokal.

Bobby Nasution Bantah Purbaya Soal Dana Sumut Rp3,1 T Parkir di Bank

Misalnya, di sektor holtikultura yaitu cabai dan tomat, pemerintah harus membuka pabrik saus cabai dan saus tomat didaerah yang banyak di tanam oleh petani dan hasil panennya melimpah. Contohnya di daerah Provinsi Sumatera Utara, tepatnya di Kabupaten Karo dan Dairi.

Di kabupaten ini, banyak komoditas holtikultura yang ditanami oleh petani. Hampir setiap petani selalu menanam cabai dan tomat.

Pastinya, dengan dibangunnya pabrik di saus cabai dan saus tomat di daerah itu berpotensi akan membuat petani semakin sejahtera atau lebih tepatnya berdampak kepada ekonomi dan sosial.

Sebab, petani tidak perlu ragu lagi jika hasil panennya melimpab. Sebab, sudah ada pabrik yang akan menampung hasil panen itu.

Petani juga bisa terjamin pasar dan harga jualnya. Terutama saat panen raya dan minimalisir harga anjok atau jatuh.

Selain itu, dapat mengurangi kerugian pascapanen karena hasil panen langsung diolah atau dijual ke pabrik terdekat.

Pemerintah juga harus mengawasi setiap petani yang akan menjual hasil panennya ke pabrik itu. Jangan pula muncul monopoli atau hanya petani tertentu saja yang boleh menjual hasil panennya kepada pabrik itu.

Kemudian, pemerintah juga harus terus mengawasi hasil panen petani yang ada di wilayah itu. Hasil panen petani itu juga harus dibagi ke daerah lainnya yang membutuhkan komoditas dimaksud.

Jangan karena ada pabrik di daerah itu, hasil panen petani tidak sampai ke daerah lainnya. Misalnya, Kota Medan dan Deli Serdang yang kebutuhan cabai dan tomat, karena cabai dan tomat itu banyak didatangkan dari Kabupaten Karo.

Selain itu, pemerintah juga harus mendorong agar berdiri pabrik minuman dalam kemasan dengan berbahan utama jeruk dan bisa juga manisan jeruk yang dapat di ekspor ke luar negeri.

Sebab, didaerah ini merupakan daerah penghasil jeruk yang mencapai 100.000 ton (Dinas Pertanian 2024).

Jika hasil panen jeruk milik petani bagus dan melimpah, tentunya mereka sudah tidak memikirkan lagi tempat penjualannya. Karena sudah otomatis ditampung oleh perusahaan atau pabrik.

Selain itu, petani juga pasti akan semakin rajin dan gigih dalam merawat dan menjaga jeruk itu. Jika harga tinggi, petani akan lebih banyak mendapatkan keuntungan dan bisa mendatangkan kesejahteraan.

Sedangkan sama kita ketahui bahwa dengan keberadaan pabrik itu, pastinya akan menyerap banyak tenaga kerja lokal dan mengurangi angka pengangguran didaerah itu.

Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2024 sebanyak 269.587 orang, naik 5.424 orang dibandingkan Agustus 2023. Data yang didapatkan dari BPS Kabupaten Karo. Sedangkan tingkat penggangguran terbuka (TPT) sebesar 2,40 persen.

Kemudian, prospek penambahan tenaga kerja di sektor pertanian pastinya sangat mempengaruhi dengan pembangunan hilirisasi produk pertanian itu sendiri. Apalagi, Negara Republik Indonesia ini juga sebagai negara atau daerah yang memiliki sumber daya alam melimpah yang mendukung pertanian, berada di wilayah tropis, memiliki tanah yang subur.

Selain itu, Indonesia juga sebagai daerah produsen dan eksportir produk pertanian utama. Misalnya kelapa sawit, karet, kakao, kopi, dan rempah-rempah.

Untuk di Provinsi Sumatera Utara, perkebunan Kelapa Sawit seluas 2 juta hektar lebih (sumber Dinas Perkebunan) dengan penghasilan mencapai 5 juta ton per tahun. Kalau untuk karet, Provinsi Sumatera Utara mencapai 311 ribu ton, Kakao 39 ribu ton dan kopi 91 ribu ton.(BPS 2024).

Hilirisasi sawit di negara kita ini belum berjalan dengan maksimal. Buktinya, negara Republik Indonesia ini masih melakukan ekspor ke berbagai daerah. Misalnya India, Tiongkok dan Uni Eropa.

India menjadi pasar terbesar ekspor minyak kelapa sawit Indonesia dengan volume ekspor mencapai 3,12 juta ton, setara dengan 86,71% dari total ekspor CPO Indonesia.

Tiongkok dengan volume ekspor sebesar 4,64 juta ton pada tahun 2024 dan Uni Eropa menjadi tujuan ekspor kelapa sawit Indonesia dengan volume ekspor sebesar 368.000 ton di Januari 2024.(Databoks).

Itu dilakukan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian Indonesia diantaranya dapat eningkatkan devisa negara, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kualitas produk dan memperluas pasar.

Padahal, jika kelapa sawit di hilirisasi dengan maksimal. Bisa mendatangkan keuntungan yang lebih banyak lagi.

Ada pun yang diketahui diantaranya bisa mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah. Kelapa sawit itu bisa diolah menjadi Biodiesel atau bahan bakar yang dihasilkan dari minyak kelapa sawit dan dapat digunakan sebagai alternatif bahan bakar minyak.

Selanjutnya, minyak kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan baku dalam produksi kosmetik, seperti sabun, shampoo, dan lipstik.

Jika bisa di hilirisasi, akan banyak berdiri pabrik sabun dan kosmetik dengan berbagai kualitas terbaik. Selanjutnya, dapat digunakan sebagai bahan baku dalam produksi makanan, seperti minyak goreng, margarin, dan shortening.

Selain itu, minyak kelapa sawit ini bisa menjadi Produk farmasi seperti vitamin dan obat-obatan. Lalu bisa juga menjadi bahan baku produk kimia seperti deterjen, sabun, dan plastik.

Terakhir, minyak kelapa sawit bisa menjadi bahan dasar bioplastik atau plastik yang dapat digunakan sebagai alternatif plastik konvensional.

Artinya, pemerintah harusnya sudah memulai mempertimbangkan dampak positif-negatif dari program hilirisasi itu.

Hilirisasi karet dan kakao bermanfaat untuk negara dan kesejahteraan masyarakat

Hilirisasi karet dan kakao harus segera dilakukan. Mengapa negara harus melakukan ekspor kedua komunitas ini. Padahal, jika ekspor dikurangi dan hilirisasi dilakukan, pastinya akan mendatangkan manfaat yang signifikan.

Contohnya karet, pemerintah bisa membuat pabrik ban berskala internasional dengan melimpahnya hasil panen karet. Membuat pabrik sarung tangan dan sepatu yang berkualitas.

Tentunya ini akan mendatangkan keuntungan bagi negara dan masyarakat. Selain menyerap lapangan pekerjaan juga mensejahterakan petani.

Sedangkan kakao itu jika di hilirisasikan, maka akan ada banyak pabrik cokelat di negara ini. Akan tetapi, pemerintah harus benar benar dalam melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap pihak yang berkaitan dengan kegiatan ini.

Terakhir, program hilirisasi Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Republik Indonesia Gibran Rakabuming Raka pastinya tidak semulus yang ditargetkan.

Karena, ada banyak orang yang berkepentingan dengan adanya ekspor bahan baku itu. Namun, sebagai masyarakat kita harus mendukung program hilirisasi dimaksud. (***)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *