Jakarta-BP: Otoritas Jasa keuangan (OJK) memprediksi pertumbuhan kredit pada 2019 hanya akan berkisar antara 12-13 persen. Proyeksi pertumbuhan kredit tersebut lebih rendah dari tahun ini. Tahun ini, OJK memproyeksikan kredit perbankan bisa tumbuh lebih dari 14 persen.
Wimboh Santoso, Ketua Dewan Komisioner OJK menjelaskan prediksi pertumbuhan kredit yang lebih rendah tahun ini disebabkan oleh sikap The Fed yang masih memberikan sinyal akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak dua kali pada 2019 mendatang.
“Tapi tadi perbankan bilang dampaknya tidak terlalu berpengaruh (tidak terlalu signifikan), ya bagus. Sehingga menurut hemat kami (prediksi pertumbuhan kredit) 12-13 persen itu cukup,” ucap Wimboh, Senin (3/12).
Sebelumnya, Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan tingkat suku bunga acuannya saat ini sudah terbilang cukup “netral”. Kondisi tersebut kemungkinan akan membuat kenaikan suku bunga tahun depan tak seagresif 2018 ini.
Sebagai informasi, bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed tahun ini sudah mengerek suku bunga acuan sebanyak tiga kali menjadi 2-2,5 persen. Pada bulan ini, The Fed masih membuka kemungkinan untuk menaikkan suku bunga acuan satu kali lagi.
“Potensi kenaikannya (tahun depan) tidak sebesar tahun ini. Makanya saya bilang tekanan tahun depan lebih mild (ringan) dari tahun ini,” jelas Wimboh.
Lebih lanjut Wimboh menjelaskan realisasi pertumbuhan kredit per Oktober 2018 sebesar 13,35 persen atau lebih tinggi dari posisi bulan sebelumnya. Kemudian, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) bruto perbankan tercatat sebesar 2,66 persen.
Sementara itu, ia percaya pertumbuhan kredit bisa kencang pada Desember ini ditopang oleh penyaluran kredit di sektor pariwisata dan komoditas, seperti kelapa sawit dan batu bara.
“Akhir tahun juga biasanya perusahaan-perusahaan butuh likuiditas untuk liburan pegawai, jadi kuartal IV biasanya kredit tinggi,” pungkas Wimboh.
(CnnIndonesia) BP/JP
Komentar