Headline
Beranda » Berita » Warga Sumut Viralkan #SaveKapoldasumut

Warga Sumut Viralkan #SaveKapoldasumut

Medan-BP: Nama Kapolda Sumut Irjen Pol Agus Andrianto memang sedang ramai diperbincangkan karena pernyataan anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra Muhammad Syafi’i yang menyebut akan mengusulkan pencopotan Agus Andrianto sebagai Kapolda Sumut.

Menanggapi hal tersebut, Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Tatan Dirsan Atmaja, Rabu (6/3/2019) melalui pesan WhatsApp, Tatan mengatakan, tidak tahu kenapa masyarakat sampai seperti itu.

Ada ratusan postingan dengan #SaveKapoldaSumut.

Kejar Terduga Tersangka Kasus Korupsi, Staf Kejaksaan Hanyut di Sungai

“Ya saya kurang tau masyarakat sampai seperti itu, atas nama Polda Sumut dan pimpinan Polda Sumatera Utara. Saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan masyakarat kepada Bapak Kapolda Sumatera Utara,” ujar Kombes Tatan.

Tidak hanya warga perseorangan, bahkan kelompok masyarakat, organisasi juga turut serta melakukan bentuk dukungan tersebut.

“Masyarakat dari berbagai komunitas sangat merasakan kedekatan dengan bapak Kapolda Sumatera Utara. Memang kedekatan itu kental dan terasa, karena Pak Kapolda sering berkumpul dengan masyarakat, khususnya masyarakat bawah. Baik itu bilal mayit, penggali kubur, nazir mesjid, pemulung, petugas kebersihan, pebetor, nelayan, supir-supir angkot, termasuk bersilaturahmi dengan guru ngaji kampung, serta tokoh-tokoh agama, masyarakat dan sebagainya,” sambung Tatan.

Jaksa Tuntut Hasto Kristiyanto 7 Tahun Penjara dalam Sidang Tipikor

Sebelumnya, Romo Syafi’i mengingatkan Kapolda Sumut, Irjen Pol Agus Andrianto, untuk menjalankan tugas sesuai amanat konstitusi dan UU, yaitu UU no 34/2004 tentang Tentara Negara Republik Indonesia (TNI).

Di mana, pada pasal 39 ayat 2 disebutkan bahwa prajurit dilarang terlibat di dalam kegiatan politik praktis.

“Terima kasih TNI karena berpegang kepada UU dalam menjalankan tugas,” kata Romo.

Lalu, Romo menyebut UU No 2/2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Di mana, pasal 28 ayat 1 menyebutkan bahwa polri bersikap netral dalam kegiatan politik dan tidak melibatkan diri di dalam kegiatan politik praktis.

“Apakah mereka (polisi) sudah melaksanakan ketentuan itu,” teriaknya.

“Belum,” jawab para peserta aksi damai.

Ia mengungkapkan hal tersebut adalah luapan hati rakyat. Maka dari itu, sebagai wakil rakyat di legislatif ia berjanji akan menjalankan tugasnya dengan baik.

“Saya sebagai anggota DPR RI Komisi III, atas kesaksian rakyat ini, mengingatkan Kapolda Sumut Irjen Pol Agus Andrianto agar kelola lembaga kepolisian agar netral menjalankan tugas sesuai UU,” tegasnya

Menurut Romo masyarakat membutuhkan polisi, karena polisi dibentuk dengan UU untuk menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat serta menegakkan hukum.

“Kita butuh polisi, kasihan polisi yang menjalankan UU, karena kepolisian dipimpin oleh orang yang tidak netral. Saya akan rekomendasikan komisi III, agar memberhentikan Kapolda Sumut,” katanya.

Kapolda Sumatera Utara, Irjen Pol Agus Andrianto menanggapi ancaman Muhammad Syafi’i dengan santai.

Ia mengutarakan bahwa setiap bekerja tetap mengacu pada UU No 2/202 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia demi kepentingan masyarakat Sumatera Utara.

“Kepentingan satu kelompok, apalagi perorangan, tidak boleh mengalahkan kepentingan masyarakat banyak dan negara,” ujarnya.

Negara menurut Agus harus hadir dan tidak boleh abai karena ini ancaman keutuhan berbangsa dan bernegara, bahkan ancaman bagi agama.

Selama bertugas kata Agus Andrianto dimasa Pemilu serentak Pilpres dan Pilleg di tahun 2019 ini, polisi selalu netral dan tidak berpihak pada paslon manapun, partai apapun dan caleg manapun.

“Jika ada yang merasa terusik karena upaya untuk menjaga keutuhan berbangsa dan bernegara seperti yang diamanahkan Undang-undang, tidak masalah bagi saya” ujarnya.

Sejak bertugas di Polris dia selalu berserah pada ketentuan Allah SWT.

“Dihadapan ALLAH SWT, apalah manusia seperti saya ini. Hanya debu dimuka bumi. Qodrat dan Iradhat tiap kita sudah ditentukan. Tinggal saya jalani saja,” ujar Agus.

Ia juga menegaskan bahwa keamanan dan ketertiban jauh lebih penting daripada retorika politik yang memprovokasi.

“Jangan lupa belajar menjadi manusia dulu sebelum belajar Agama, supaya kita tidak lupa bahwa kita ini manusia bukan Allah, sehingga berhak menghakimi siapa saja sesuai selera dan kepentingan kita,” ujarnya. (BP/EI)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *