MEDAN – BP: Persoalan terminal liar di Kota Medan terus menjadi momok menjengkelkan masyarakat khususnya bagi pengguna jasa jalan.
Akibatnya, para pengguna jasa Terminal Terpadu Amplas (TTA) Medan mengeluh. Sementara pihak Pemko cq Dinas Perhubungan Medan dan Polantas bagai tidak peduli atas menjamurnya terminal liar dimaksud.
Berdasarkan keluhan para pengemudi akutan umum, dengan merajalelanya terminal liar di sejumlah ruas jalan di Kota Medan membuat aktivitas di TTA menjadi jadi kosong-melompang.
Sebab, jumlah Angkutan Kota(Angkot) maupun Angkutan Kota Dalam Provinsi(AKDP) dan Angkutan Kota Antar Provinsi(AKAP) sangat minim masuk terminal.
Demikian dicetuskan Martua Gurning dari perwakilan AKDP Sejahtera didampingi sejumlah pengguna jasa terminal kepada Batak Pos.Com di Terminal Amplas Medan, Selasa(22/5/2018) seputar menjamurnya terminal liar di Kota Medan.
Menurut Martua, meraja-lelanya terminal liar berkembang dan beroperasi bebas di Kota Medan terkesan akibat ketidak mampuan Polantas dan Dishub menertibkan terminal liar.
Atau barangkali adanya pembiaran dari Dinas Perhubungan maupun Polisi Lalu-lintas (Polantas). “Dinas Perhubungan dan Polantas dinilai tidak berdaya menertibkan terminal liar di Kota Medan,” tegas Martua.
Karena, sungguh tidak masuk akal terminal liar tidak dapat ditertibkan bila tidak ada menjalin kemesraan antara pengusaha angkutan terminal.liar dengan oknum petugas tersebut.
“Tidak mungkin terminal liar bertumbuh subur jika ke dua instansi tersebut konsisten menegakkan UU No 22 tetang Lalu Lintas Jalan Raya,” ujar Martua.
Saat ini, ujar Martua, kondisi kegiatan di terminal amplas kosong-melompong. Angkutan umum yang masuk terminal hanya bilangan jari saja. Umumnya angkutan tersebut langsung by pass tanpa masuk terminal.
Padahal, Dishub Medan dan Polantas dari zaman ke zaman selalu berjanji melakukan penertiban terminal liar. Namun hingga saat ini tak satupun terminal liar yang berhasil ditertibkan.
Bahkan ironisnya, di tengah getolnya menertibkan terminal liar justeru di saat itupula terminal liar di semakin menjamur subur.
“Lihat saja di sepanjang Jalan SM Raja, Jalan Letda Sujono, Jalan Jamin Ginting, Jalan Gagak Hitam dan sejumlah ruas jalan lainnya, terminal liar bertumbuh subur bagaikan jamur di musim hujan,” tandasnya.
Sesuai pemantauan kami, ujar Martua, di kota Medan ada 30 puluhan terminal liar menjalankan aktivitas rutin setiap hari. Akibanya, Kota Medan tidak pernah luput dari rawan macet dan kecelakaan.
Tidak berdaya
Ditegaskan, Dishub Medan dan Polantas tidak berdaya alias bagai Singa Ompong dalan menertibkan terminal liar maupun angkutan plat hitam di daerah ini.
Padahal, ke dua instansi ini sangat diharapkan untuk bertindak untuk mengatasinya. Padahal, kedua instansi tersebut selalu sibuk untuk melakukan penertiban tetapi hasilnya nihil. Kegiatan penertiban seolah hanya sebatas isapan jempol karena tidak ada hasil nyatanya.
Menurut Martua, berdasarkan UU No 22 pasal 38, setiap orang tidak boleh atau dilarang mengalihkan fungsi jalan. Tetapi di Kota Medan justru larangan ini dilanggar.
“Jadi agenda penertiban terminal liar dan angkutan plat hitam yang selalu didengung-dengungkan Dishub dan Polantas hanya sebatas isapan jempol alias pepesan kosong,” ujar Martua.
Lihat saja angkutan Pradep buka terminal hingga ke inti kota. Ada apa sebenarnya di balik ini semua. Tentu patut dipertanyakan kenapa Dishub dan Polantas membiarkan penyimpangan UU Lalulintas tersebut.
Sungguh luar biasa, hanya terminal liar saja tidak dapat ditertibkan. Pantasan saja tingkat kesemrautan Lalin di Kota Medan tak karu-karuan dari tahun ke tahun, kata Martua dengan kesal.
Padahal, ujar Martua, pemerintah pusat melalui Kementrian Pekerjaan Umum sudah membangun jalan konstruksi beton di di sepanjang Jalan SM Raja mulai jalan Jalyang terminal Amplas hingga simpang Marinda tanpa adanya jalan pemutaran.
Seharusnya dengan pembangunan jalan tanpa arus pemutaran tersebut merupakan langkah utama membersihkan terminal liar di sepanjang Jalan SM Raja tersebut. Tetapi kenyataannya, justeru terminal liar liar semakin subur, tegas Martua diamini Silalahi, Nainggolan dan puluhan rekannya.(P2/BP).
Komentar