Bencana Alam Peristiwa
Beranda » Berita » Gempa di Pulau Wisata Lombok, Pemerintah Indonesia Didesak Siapkan Antisipasi

Gempa di Pulau Wisata Lombok, Pemerintah Indonesia Didesak Siapkan Antisipasi

Wisatawan asing berhamburan keluar hotel Rinjani Lodge pada Minggu (29/07) pagi, setelah gempa mengguncang.

NTB-BP: Gempa berkekuatan 6,4 skala Richter mengguncang pulau wisata yang tengah naik daun, Lombok, pada Minggu (29/07) pagi. Gempa tersebut menewaskan setidaknya 14 orang, termasuk turis asing, dan membuat penduduk melarikan diri ke lapangan terbuka.

Warga berhamburan keluar begitu gempa terasa, antara lain Minardi.

Ia ketika itu sedang menyiapkan acara hajatan bersama dengan warga di desa Sembalun Lawang, Sembalun, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

Robot Anjing Polri Seharga Rp 3 Miliar Tuai Sorotan

Gempa mengguncang tanah tempat dia berpijak.

“Saya sempat jatuh begitu gempa pertama, karena kita acaranya di halaman rumah kemudian sempat jatuh, kemudian pada keluar semua, kemudian terjadi gempa susulan yang menyebabkan ada yang jatuh ada yang roboh,” ujar Minardi menuturkan pengalaman berjibaku dengan gempa kepada BBC News Indonesia.

Minardi mengungkapkan ini untuk pertama kalinya dia merasakan gempa besar salama dirinya tinggal di desa yang berlokasi di kaki Gunung Rinjani tersebut di ketinggian 1.150 meter dari permukaan laut.

Bahkan, setelah gempa besar, rententan gempa susulan terus terjadi.

Viral di TikTok, Sumanto Eks Kanibal Hebohkan Netizen Lewat Tren “Dame Un Grrr”

“Sangat besar sekali, bak penampungan air sampai kaya ombak, meluber ke luar, kemudian menara masjid juga bergoyang-goyang, kemudian semua pada lari ke jalan,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Minardi menuturkan, satu warga negara Malaysia bernama Siti Nurmaida yang termasuk dalam sekelompok wisatawan dari Malaysia sebanyak 18 orang yang baru saja turun dari Gunung Rinjani meninggal lantaran tertimpa bangunan yang roboh.

Warga mencari perlengkapan wisatawan asal Malaysia yang tewas tertimpa rumah roboh akibat gempa.

“Dia baru turun dari Gunung Rinjani, kemudian pada saat istirahat di rumah penduduk, rumah penduduk itu rubuh kemudian menimpa,” ujar Minardi.

Sementara itu, delapan warga negara Malaysia lain masih dirawat.

Jumlah pendaki yang berada di atas gunung pada saat terjadi gempa sebanyak 826 orang, baik wisatawan asing maupun dari dalam negeri.

Kawasan pendakian Gunung Rinjani juga terdampak gempa.

Informasi dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) Resort Sembalun menyebut jumlah pendaki yang naik gunung sejak Jumat (27/07) sebanyak 788 orang.

Sedangkan yang terdata di Resort Senaru, Lombok Utara, hanya 38 orang, termasuk pemandu wisata gunung.

Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) menutup sementara jalur pendakian Gunung Rinjani karena diperkirakan terjadi longsor di atas pegunungan.

Korban diperkirakan bertambah

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyebut dampak terparah dari gempa terdapat di Kabupaten Lombok Timur.

Hingga Minggu sore, 14 orang meninggal, lebih dari 162 lainnya luka-luka.

Sementara itu, kerusakan rumah mencapai lebih dari 1.000 unit.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Barat, Agung Pramuja menyebut pihaknya terus menyusur daerah terisolir.

Warga berjalan di depan rumah yang roboh akibat gempa di Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Selong, Lombok Timur, NTB, Minggu (29/07).

“Sampai saat ini sedang terus dilakukan menyisir daerah-daerah yang terisolir. Tim kami dari BPBD kabupaten dan TNI/Polri sedang bergerak di lapangan,” kata dia.

Di sisi lain, Presiden Joko Widodo langsung memimpin rapat kabinet terbatas (ratas) membahas penanganan gempa.

Presiden memerintahkan jajarannya, termasuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Menteri Sosial, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan Panglima TNI untuk segera membantu masyarakat yang terkena musibah.

Waspada gempa susulan

Seperti diberitakan, gempa bumi tektonik mengguncang Lombok, Bali dan Sumbawa Minggu (29/07) dengan kekuatan 6,4 SR. Gempa yang terjadi sekitar pukul 05.47 WIB tersebut berlokasi 47 kilometer timur laut ibu kota Lombok, Mataram, pada kedalaman 24 kilometer.

Gempa itu turut dirasakan oleh warga di Pulau Bali dan Pulau Sumbawa.

Deputi Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Muhammad Sadly mengungkapkan gempa dangkal itu terjadi akibat aktivitas sesar naik busur belakang Flores, atau biasa disebut Flores back arc thrust.

“Gempa ini juga dipicu oleh deformasi batuan dengan mekanisme gerakan naik, atau thrust fault,” jelasnya.

Pusat gempa pada Minggu (29/07), pukul 5.47 WIB, berjarak 47 kilometer timur laut Mataram, di kedalaman 24 kilometer

Setelah gempa Minggu pagi, gempa susulan terus terjadi di Lombok. Hingga pukul 14.00 WIB, telah terjadi 133 kali gempa susulan dengan magnitudo terbesar 5,7 SR.

Sadly menghimbau masyarakat di Nusa Tenggara Barat dan Bali untuk waspada gempa susulan, meskipun gempa yang terjadi di masa mendatang tidak akan sebesar gempa sebelumnya.

“Memang tampaknya ini belum stabil karena mungkin terkait kondisi tanah dan batuan di sana,” ujar Sadly.

“Jadi kita berharap bahwa itu pelepasan energi dan memang gempa susulan banyak dipengaruhi kondisi setempat,” ujarnya.

Ini bukan kali pertama gempa dangkal mengguncang Pulau Bali dan Lombok. Maret 2017, gempa yang terjadi di kawasan itu tercatat berkekuatan 6,4 SR.

Lantas, apa yang menyebabkan gempa sering mengguncang wilayah itu?

Sadly menuturkan gempa tektonik terjadi akibat aktivitas subduksi, hasil interaksi lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia.

Aktivitas sesar Flores pula sempat menyebabkan gempa masif berkekuatan 7,8 SR di lepas pantai Flores, pada akhir tahun 1992.

Gempa ini menyebabkan tsunami setinggi 36 meter yang menghancurkan rumah di pesisir pantai Flores, menewaskan setidaknya 2.100 jiwa, sementara 500 orang hilang, 447 luka-luka dan 5.000 orang mengungsi.

Setidaknya 40 orang terluka akibat gempa berkekuatan 6,4 skala Richter di Lombok pada Minggu (29/07).

Terkait gempa yang sering terjadi di daerahnya, Minardi menuturkan perlunya antisipasi dari pemerintah. Apalagi, saat ini Lombok sudah menjadi destinasi tujuan wisata, baik wisatawan mancanegara maupun domestik.

“Apalagi saat ini sedang banyak yang mendaki, terutama dari mancanegara,” ujarnya.

Merujuk data Dinas Pariwisata NTB, jumlah wisatawan NTB tercatat sebanyak 3,5 juta orang pada tahun lalu, 1,5 juta di antaranya merupakan wisatawan mancanegara.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Barat, Agung Pramuja mengungkapkan pihaknya sudah melakukan antisipasi, termasuk berkoordinasi dengan tempat penginapan di Lombok.

Warga berada di rumahnya yang roboh akibat gempa di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Selong, Lombok Timur, NTB, Minggu (29/7).

“Dari sisi kesiap-siagaan, kami sudah membangun rambu-rambu evakuasi untuk jalur evakuasi masyarakat,”

“Kami juga dengan hotel-hotel di Lombok sudah bikin rambu-rambu kesiap-siagaan,” pungkasnya.

Namun, apakah langkah antisipasi ini cukup?

Agaknya, semua pihak perlu menyiapkan langkah-langkah antisipasi untuk memastikan keamanan, termasuk para wisatawan, ketika terjadi bencana serupa. (bbc/TA)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *