Uncategorized
Beranda » Berita » Sang Jenderal Yang Agamais dan Humanis Cucu Seorang Sastrawan Terkenal

Sang Jenderal Yang Agamais dan Humanis Cucu Seorang Sastrawan Terkenal

Komjen Boy Rafli dan KH. Akhmad Khambali

Oleh: KH. Akhmad Khambali, SE, MM

DARAH sang kakek menghantarkan sang cucu menjadi seorang Jenderal yang agamais dan humanis, karena didalam darahnya mengalir darah seni, sehingga didalam setiap pengabdiannya seorang Jenderal Boy Rafli Amar penuh dengan kelembutan, kesantunan, humanis dan penuh adab sehingga beliau sangat pantas untuk menahkodai institusi Polri yang penuh dinamika dan tantangan serta di era global ini.

Kalau kita menelisik silsilah sang Jenderal Boy Rafli Amar, Mmaka kita akan terbelalak mata kita, karena ternyata sang kakek adalah penulis tokoh si Doel.

Peringati Tahun Baru Islam 1447 H, Rico Waas: Bersinergi Bangun Masyarakat Beradab

Inilah silsilah dari Komjen Pol Dr.Drs.H. Boy Rafli Amar, MH Kepala BNPT.

Aman Datuk Madjoindo (lahir di Supayang, Payung Sekaki, Solok, Sumatra Barat, 5 Maret 1896 – meninggal di Sirukam, Payung Sekaki, Solok, Sumatera Barat, 5 September 1969 pada umur 73 tahun) adalah sastrawan angkatan balai pustaka.

Pekerjaan Penulis, tahun aktif :1920–1969, dikenal atas “Pencipta tokoh Si Doel”.

Salah satu karyanya yang terkenal adalah Si Doel Anak Betawi, yang kemudian dijadikan film Si Doel Anak Betawi oleh sutradara Syumanjaya, dan menjadi inspirasi sinetron Si Doel Anak Sekolahan.

Menteri, Gubsu dan BI Sumut Bersinergi Bahas Kembalikan Kartu Hijau Toba Caldera

Aman pernah mengenyam pendidikan di HIS di Solok, serta Kweekschool (Sekolah Raja) di Bukittinggi. Setelah lulus sekolah dia sempat menjadi guru di Padang pada tahun 1919 sebelum pindah ke Jakarta dan bekerja di Balai Pustaka pada tahun 1920.

Pada awal masuk Balai Pustaka Aman pertama kali bekerja sebagai sebagai korektor, sebelum menjadi ajudan redaktur dan kemudian redaktur. Dia juga pernah menjabat direktur penerbit Balai Pustaka.

Ada lebih 20 buku yang telah dikarang Aman Datuk Madjoindo. Si Doel Anak Betawi ditulis pada tahun1956. Namun jauh dia sebelumnya telah menulis berbagai cerita lain, di antaranya Menebus dosa (1932), Rusmala Dewi (1932, bersama S. Hardjosoemarto), Sebabnya Rafiah Tersesat (1934, bersama S. Hardjosoemarto), Si Cebol Rindukan Bulan (1934), Perbuatan Dukun (1935), Sampaikan Salamku Kepadanya (1935).

Selain cerita Aman juga menulis karya Melayu lama berbentuk syair dan hikayat. Syair-syairnya antara lain Syair Si Banto Urai (1931) dan Syair Gul Bakawali (1936).

Karya-karya yang berbentuk hikayat adalah Cerita Malin Deman dan Puteri Bungsu (1932), Cindur Mata (1951), Hikayat Si Miskin (1958), Hikayat Lima Tumenggung (1958).

Dia juga menyelenggarakan penerbitan edisi Sejarah Melayu pada 1959.

Komjen. Pol. Dr. Drs. Boy Rafli Amar, M.H. gelar Datuak Rangkayo Basa adalah seorang perwira tinggi Polri yang sejak 6 Mei 2020 menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Boy, lulusan Akpol 1988 ini berpengalaman dalam bidang reserse

Pria berdarah Sumatera Barat bernama lengkap Boy Rafli Amar ini lahir di Jakarta, 25 Maret 1965. Ayah Boy berasal dari Solok sedangkan ibunya dari Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat.

Mantan Kapoltabes Padang pada 2008 ini mengawali karirnya sebagai polisi di Akademi Kepolisian (Akpol) pada 1988 sebagai Inspektur Dua (Ipda). Sejak 1991, pangkatnya naik setingkat menjadi Inspektur Satu (Iptu).

Sejak saat itu, karirnya terus menanjak, hingga pada 1999 dengan pangkat melati satu di pundaknya atau Komisaris. Di tahun itu pula, pria penggemar gado-gado ini berangkat ke Bosnia sebagai Wakil Komandan Kontingen Garuda XIV. Boy merasakan sejumlah pengalaman mengesankan saat bertugas selama satu tahun di negara itu. Ia memiliki banyak teman dari berbagai negara dan bisa bertukar pikiran.

Tak banyak yang tahu jika ayah dua putra kelahiran Jakarta, pada 1965 ini cucu salah satu sastrawan Indonesia angkatan Balai Pustaka, yaitu Aman Datuk Madjoindo. Nama besar Aman dengan karyanya, Si Doel Anak Betawi, menjadi pendorong semangatnya untuk melanjutkan kariernya.

Boy , yang pernah menjabat Direskrim Polda Maluku Utara pada 2008 ini mengaku memiliki banyak pengalaman tak terlupakan dengan mendiang sang kakek, yang telah dipanggil menghadap Sang Pencipta saat Boy berusia enam tahun.

Penulis: KH. Akhmad Khambali, SE, MM Ketua Umum Gema Santri Nusa

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *