Uncategorized
Beranda » Berita » Melalui Sarana Seni dan Budaya, Bupati Tapsel Ingin Bahasa Angkola Terus Dilestarikan

Melalui Sarana Seni dan Budaya, Bupati Tapsel Ingin Bahasa Angkola Terus Dilestarikan

Bupati Tapsel H Dolly Pasaribu SPt, MM saat acara Revitalisasi Bahasa Daerah Angkola di Aula Sarasi Kantor Bupati Tapsel, Senin (30/8-21). Foto: BP/Ist

Tapsel-BP: Salah satu akibat dari perkembangan zaman adalah masuknya Budaya asing yang belum tentu cocok dengan Adat Istiadat dan Budaya Tapsel.

Adat Istiadat dan Budaya Tapsel yang kaya akan makna dan bernilai filosofis yang tinggi termasuk dalam hal ini Bahasa, Sastra, Seni Tari yang sudah mengakar bagi masyarakat Tapsel yaitu Angkola.

Namun kekayaan dan khazanah tersebut akan bisa terkikis terutama bagi anak muda yang merasa bahwa melakukan Budaya Luar itu adalah tren dan kekinian. Bila hal tersebut dibiarkan maka lambat laun Bahasa Angkola tidak akan lestari di negerinya sendiri yakni Tapanuli Selatan.

Peringati Tahun Baru Islam 1447 H, Rico Waas: Bersinergi Bangun Masyarakat Beradab

Sudah saatnya kini Masyarakat, Tenaga Pendidik dan Tokoh Masyarakat untuk memberikan Edukasi ke Anak Usia Dekolah tentang Warisan Budaya di Tapsel. Sebab banyak pembelajaran yang dapat digali oleh generasi penerus dari para leluhur di Bumi Tapsel.

“Ketika pertama sekali saya bertugas di Tapsel, saya membayangkan ketika berkeliling Tapsel, bagaimana jika dibuat semacam Theater, Karya Tulis, Puisi atau Drama yang diperankan anak-anak kita yang berkisah tentang perjuangan para leluhur di Tapsel,”.

Hal itu diutarakan Bupati.Tapanuli Selatan (Tapsel) H Dolly Pasaribu SPt, MM disaat acara Revitalisasi Bahasa Angkola dalam ‘Martahi Godang’ dan ‘Mangupa’ Tapsel yang digelar di Gedung Serbaguna Sarasi Komplek Perkantoran Pemkab Tapsel Sipirok, Senin (30/8-21).

Dikatakan Bupati, pengenalan Budaya Tapsel bisa dilakukan oleh anak sedini mungkin, apakah pada usia SD maupun yang lebih muda lagi seusia Taman Kanak-kanak. Melalui Kesenian, Pembelajaran dan pesan yang masuk akan terkesan riang, gembira namun tetap bisa memberikan pelajaran-pelajaran kehidupan karena yang ditampilkan adalah kisah kepahlawanan dari tokoh Tapsel, ujarnya.

Menteri, Gubsu dan BI Sumut Bersinergi Bahas Kembalikan Kartu Hijau Toba Caldera

Pentas Seni tersebut dapat memacu jiwa sosial anak, karena di setiap kegiatan kesenian, secara tak langsung mereka bisa bergaul dengan rekan sesama pelajar. Mereka juga terus berlatih dan melakukan pentas serta sekaligus dapat dipantau agar anak-anak terhindar dari kenakalan anak dan remaja terutama Narkoba.

“Saya membayangkan Drama itu ditampilkan dalam Bahasa Angkola dan bisa di terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, Inggris maupun Tiongkok. Jadi satu kegiatan bisa memberikan multi manfaat. Mulai dari Pelestarian Bahasa Angkola itu sendiri, Budaya hingga Seni Tari. Dengan menggunakan Teknologi Digital, mendatangkan anak muda kreatif lain yang mengabadikan dalam bentuk Gambar Foto maupun Video hasil karya seninya. Hasilnya bisa mendatangkan orang luar bahkan dunia internasional yang tertarik untuk mempelajari kebudayaan masyarakat Tapsel,” paparnya.

Menurut Bupati, melestarikan Budaya Tapsel bagi anak termasuk kekayaan Bahasa dan Sastra, mengingat derasnya budaya asing yang masuk dan dengan mudah diakses melalui ponsel pintar yang saat ini, hampir setiap orang memilikinya. Sehingga Bupati berkeinginan, ketika pandemi Covid-19 berakhir, maka dia akan menggalakkan kembali kegiatan Kesenian Budaya dalam Melestarikan Bahasa dan Sastra Tapsel untuk anak, imbuhnya.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang wajib kita pergunakan dan bahasa Angkola wajib kita lestarikan sementara bahasa asing perlu kita kuasai. Dengan demikian, masyarakat Tapsel akan tetap percaya diri berhadapan dengan masyarakat luar, karena meski bergaul dengan masyarakat internasional namun tidak melupakan bahasa dimana daerahnya berasal.

Dalam hal ini melestarikan Bahasa Daerah, juga perlu tindak nyata dari segenap pihak termasuk keinginan anak sekolah untuk mempelajarinya. penyelamatan Bahasa Daerah dilakukan dengan menggelar pelatihan dan dokumentasi yang hasilnya diharapkan dapat memiliki daya tahan jangka panjang. Sehingga, generasi penerus di Tapsel lebih mencintai Bahasa Daerah terkhusus Angkola, ujarnya.

Untuk melestarikan bahasa daerah Tapsel lanjutnya, beberapa waktu lalu, Dinas Pendidikan dan dan Kebudayaan didukung oleh Forum Komunikasi Antar Lembaga (Forkala) telah melakukan kegiatan Revitalisasi Bahasa Angkola. Pemkab Tapsel telah berkomitmen untuk tetap melestarikan dan merevitalisasi Bahasa Daerah Angkola.

“Kemudian, kita akan bahas bagaimana caranya bidang studi Bahasa Angkola tidak hanya menjadi Muatan Lokal (Mulok) saja. Melainkan harus menjadi Mata Pelajaran Wajib bagi anak-anak kita,” tandas Bupati.

Perwakilan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Deni Setiawan MAP mengatakan, pihaknya telah memberikan kenang-kenangan berupa ‘Mars Tunas Bahasa Ibu’ yang merupakan Mars Perdana lahir di Tapsel. Pihaknya juga menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan ke Pemkab Tapsel melalui Dinas Pendidikan atas terselenggaranya acara Revitalisasi Bahasa itu, ujarnya.

Kegiatan Revitalisasi Bahasa Daerah itu, sambung Deni adalah wujud komitmen pihaknya terhadap amanat Undang-undang Nomor 24/2019 tentang Pengembangan, Pembinaan dan Perlindungan Bahasa Indonesia. Kegiatan itu juga komitmen dalam pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM).

“Di Indonesia sendiri ada 718 Bahasa Daerah dan itu baru penghitungan sementara. Karena, bahasa terus dinamis dan bergerak. Nah itulah salah satu alasan mengapa harus dilakukan rRevitalisasi Bahasa Daerah,” sebutnya.

Sementara itu Kadis Pendidikan Tapsel, Amros Karangmatua melaporkan kegiatan itu merupakan tindaklanjut dari program Kemendikbud Ristek RI dan Balai Bahasa Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Tujuan kegiatan itu yakni, guna mempertahankan Bahasa Daerah di Indonesia yang difasilitasi Dinas Pendidikan Tapsel, katanya.

Selanjutnya, Forkala Tapsel sebagai mitra Dinas Pendidikan telah melakukan latihan selama 4 bulan guna me-Revitalisasi Bahasa Faerah Angkola. Diharapkan, para generasi penerus dapat memahami pesan serta makna asal muasal Budaya Tapsel hingga dapat diinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari.

“Hal ini akan memberi dampak positif guna membangun karakter dan budi pekerti luhur bagi peserta didik atau generasi penerus mendatang,” jelasnya.

Tampak hadir, Wakil Bupati Rasyid Assaf Dongoran, Tim Kemendikbud Ristek RI, perwakilan Balai Bahasa Sumut, pimpinan OPD, Ketua TP PKK Tapsel Ny Rosalina Dolly Pasaribu, Camat se-Tapsel, Ketua Dewan Kesenian, Ketua Forkala, para Kasek, Guru, siswa SMP dan SMA serta Tokoh dan Raja-raja Adat Tapanuli Selatan. (BP/AA)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *