Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia berpotensi untuk menghentikan impor beras jika produksi beras di dalam negeri mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pernyataan ini sejalan dengan upaya percepatan tanam yang dijalankan pemerintah, dengan target tanam di atas 1 juta hektar lahan setiap bulannya.
“Apabila yang ditanam lebih dari 1 juta hektar, Insyaallah ya panennya akan 2,5 juta ton lebih. Itu kebutuhan kita sebulan. Jadi kalau pak Mentan sampaikan sudah di atas 1,3 juta hektar. Kita setop impor,” ungkap Arief di Kantor Kementerian Pertanian.
Pada tahun 2024, pemerintah telah menetapkan kuota impor beras sebanyak 2 juta ton untuk pemenuhan Cadangan Beras Pemerintah (CBP). CBP diperlukan sebagai stok darurat dalam kondisi darurat, seperti menurunnya produksi, kenaikan harga, dan intervensi stok kepada masyarakat.
Impor beras akan dilakukan hanya jika kondisi produksi dalam negeri tidak mencukupi kebutuhan masyarakat. Misalnya, pada awal 2024 yang diprediksi mengalami defisit produksi sebanyak 2,8 juta ton. Arief menyampaikan bahwa Presiden memberikan izin untuk impor sebanyak 2 juta ton pada tahun 2024.
Arief berharap hasil tanam pada Desember 2023 dan awal 2024 akan menghasilkan produksi beras yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pada Maret, April, Mei 2024, serta pada masa tanam berikutnya. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menambahkan bahwa dengan tanaman pada Desember sebanyak 1,5 juta hektar, target produksi 3 juta ton dapat terpenuhi untuk Maret 2024, menjadikannya aman untuk kebutuhan beras. Selanjutnya, pada Januari, target tanam sebanyak 1,7 juta hektar diharapkan akan meningkatkan produksi untuk kebutuhan bulan-bulan berikutnya.
Komentar