JAKARTA, BATAK POS – Mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Hamid Awaludin, memberikan catatan kritis terhadap sikap kontroversial Gibran Rakabuming Raka dalam debat cawapres pada 21 Januari 2024. Hamid Awaludin, yang juga Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia, menyampaikan pandangannya dikutip dari Kompas.com.
Menurut Awaludin, perbandingan antara kejadian di Qatar pada 23 November 2022, ketika Argentina kalah dari Saudi Arabia dalam kejuaraan sepak bola dunia, dengan gaya Gibran dalam debat cawapres menciptakan gambaran yang mencolok. Awaludin menekankan bahwa sikap Gibran yang meniru gerakan mencari jawaban ala pendukung Saudi Arabia, sambil mengolok lawan debatnya, menciptakan analogi yang mencengangkan.
“Sikap Gibran dalam debat itu seperti peristiwa Argentina di Qatar. Messi tetap fokus dan sabar, mengantarkan Argentina menjadi juara dunia. Namun, Gibran justru berisiko merontokkan citra dirinya sendiri dengan sikap yang terkesan kurang etis,” ujar Awaludin.
Dalam analisisnya, Awaludin menyebut bahwa Gibran, yang sebelumnya telah menunjukkan kelasnya dalam debat cawapres sebelumnya, terlihat kehilangan kepatutan dalam perdebatan tersebut. Ia memperingatkan bahwa tindakan kontroversial seperti itu dapat mempengaruhi persepsi publik terhadap seorang calon pemimpin.
“Siapa yang bisa menjamin bahwa keinginan Gibran untuk menohok lawan-lawannya dengan cara yang tidak etis akan memenangkannya? Justru mungkin terjadi sebaliknya, di mana perangai dalam debat tersebut membuat lawannya memenangkan pertandingan dan menjadi juara,” tambah Awaludin.
Selain itu, Awaludin juga menyoroti perbandingan debat dengan kejadian sejarah, seperti debat Nixon-Kennedy di Amerika Serikat. Ia menekankan bahwa, meskipun atraksi fisik panggung dapat memengaruhi persepsi penonton, pada akhirnya, kecerdasan, logika, dan substansi menjadi kunci utama dalam memenangkan dukungan publik.
“Saya berharap perdebatan cawapres memberikan kesungguhan, kejernihan pikiran, dan pengungkapan visi serta misi dari para calon pemimpin. Kita tidak hanya membutuhkan atraksi fisik di atas panggung, tetapi juga kemampuan menjelaskan dengan logika yang kuat,” tutup Awaludin.**
Komentar