Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, menyatakan bahwa teknologi budi daya ikan tuna yang diterapkan di lzmir, Turki, siap diadopsi di Indonesia. Tujuan adopsi ini adalah untuk meningkatkan hasil perikanan ikan tuna, komoditas bernilai ekonomi tinggi.
Trenggono menekankan pentingnya inovasi untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan budi daya ikan tuna di beberapa wilayah perairan Indonesia yang merupakan habitat bagi ikan tuna. Ia mengapresiasi teknologi budi daya ikan tuna di lzmir, Turki, yang dapat menjadi acuan bagi pengembangan di Indonesia.
Ikan tuna yang dibudidayakan di Laut Izmir, menurut Trenggono, adalah jenis Atlantic Bluefin Tuna (Thunnus thynnus). Proses pembesaran ikan ini memakan waktu lima sampai enam bulan di keramba berukuran 50 sampai 60 meter pada kedalaman hingga 18 meter. Selama pembesaran, tuna diberi pakan ikan pelagis.
Kunjungan Menteri Trenggono ke Turki bertepatan dengan panen tuna, dan ikan hasil panen langsung diangkut ke Jepang menggunakan kapal angkut. Proses pembekuan tuna di kapal pada suhu minus 60⁰ C menjaga kualitas tuna dan meningkatkan nilai jualnya.
Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor tuna di pasar dunia, dan komoditas tuna bersama tongkol dan cakalang merupakan unggulan ekspor hasil perikanan Indonesia dengan nilai mencapai 927,18 juta dolar AS pada tahun 2023.
Komentar