Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyoroti potensi bahaya jika harga nikel terus merangkat secara signifikan. Dalam video yang diunggah di akun Instagram pribadinya yang terverifikasi @luhut.pandjaitan, Luhut mengungkapkan keprihatinannya terhadap dampak ekonomi jika harga nikel terlalu tinggi.
“Kalau harga nikel terlalu tinggi itu sangat berbahaya, kita belajar dari kasus cobalt tiga tahun lalu harganya begitu tinggi, orang akhirnya mencari bentuk baterai lain. Ini salah satu pemicu lahirnya lithium ferro phosphate (LFP) itu,” ujar Luhut.
Indonesia, sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, memiliki peran yang krusial dalam industri nikel global. Menurut Luhut, jika harga nikel terlalu tinggi, industri baterai listrik, yang saat ini sangat bergantung pada nikel, mungkin akan mencari alternatif lain.
“Jadi, ini kalau kita juga bikin harga itu ketinggian, orang akan cari alternatif lain, teknologi berkembang sangat cepat,” tambahnya.
Menanggapi kritikan terkait penurunan harga nikel, Luhut mengingatkan bahwa siklus harga komoditas selalu mengalami fluktuasi. Ia menunjukkan tren harga nikel selama 10 tahun terakhir, dengan rata-rata harga sekitar 15.000 dolar AS, bahkan lebih rendah selama periode 2014-2019 yang merupakan awal dari program hilirisasi.
“Tetapi ingat lithium battery itu bisa recycling, sedangkan tadi yang LFP itu tidak bisa recycling sampai hari ini tetapi sekali lagi teknologi itu terus berkembang. Kita bersyukur LFP juga kita kembangkan dengan China, tadi lithium battery juga kita kembangkan dengan China maupun dengan lain-lain,” kata Luhut.
Ia menegaskan bahwa program hilirisasi yang dilakukan oleh pemerintah telah memberikan manfaat signifikan bagi perekonomian Indonesia, seperti inflasi yang rendah, surplus ekspor, dan pertumbuhan ekonomi yang tetap terjaga di tengah situasi ekonomi global yang challenging.
“Pernah kita inflasi di bawah 3 persen? Kan baru sekarang. Pernah 44 bulan kita surplus ekspor? Kan baru sekarang, apa itu? Ya hilirisasi. Kita bisa maintain growth masih 5 persen di tengah-tengah keadaan ekonomi dunia begini dan kita masih berupaya di atas 5 persen, mungkin 6 persen di tahun depan,” ujarnya.
Komentar