Thomas Stamford Raffles merupakan administrator Inggris, penjelajah, dan naturalis, sekaligus memainkan peran sentral dalam sejarah kolonialisme di Nusantara. Lahir pada 6 Juli 1781 di Pelabuhan Dunia, Jamaika, Raffles dikenal karena kontribusinya yang besar selama masa jabatannya.
Dia adalah Gubernur Jenderal Hindia Timur, kemudian Gubernur Jenderal di Bencoolen yang kini bernama kota Bengkulu, serta penemu Singapura modern. Salah satu karya pentingnya adalah menulis buku The History of Java (Sejarah Jawa), dan diabadikan sebagai nama Latin Bunga Bangkai, Raflessia arnoldii.
Berbagai Kebijakan Thomas Stamford Raffless
1. Kebijakan Administratif
Raffles menjabat sebagai Letnan Gubernur Pulau Jawa pada tahun 1811-1816 selama pemerintahan Inggris di Hindia Belanda. Salah satu kebijakannya yang paling mencolok adalah sistem administrasi yang disebut sebagai “Raffles Plan.” Ia membagi Jawa menjadi distrik-distrik yang dikelola oleh asisten residen. Sistem ini menggantikan sistem pribumi yang ada sebelumnya dan mencoba untuk meminimalkan korupsi serta meningkatkan efisiensi pemerintahan.
2. Penyelidikan Ilmiah dan Pendidikan
Raffles juga mendukung kegiatan ilmiah dan penelitian. Sebagai naturalis amatir, ia mengumpulkan berbagai spesimen flora dan fauna yang kemudian dijadikan dasar untuk pengembangan koleksi di Museum Britania Raya. Selain itu, ia mendirikan Batavian Society of Arts and Sciences, sebuah organisasi ilmiah yang bertujuan untuk mendorong penelitian dan pengetahuan di wilayah tersebut.
3. Penyelamatan Budaya dan Arkeologi
Raffles menunjukkan minat yang mendalam terhadap warisan budaya Nusantara. Selama masa jabatannya, ia melibatkan diri dalam upaya penyelamatan situs arkeologi. Salah satu prestasinya yang paling terkenal adalah penyelamatan dari Situs Candi Borobudur di Jawa Tengah. Borobudur, yang sebelumnya tenggelam dalam lapisan abu vulkanik, dihidupkan kembali sebagai salah satu keajaiban dunia yang kita kenal hari ini.
4. Pemberdayaan Ekonomi dan Pendidikan
Raffles berusaha mendorong pemberdayaan ekonomi di wilayahnya. Ia mempromosikan pertanian, memperkenalkan sistem pengelolaan tanah yang lebih efisien, dan membangun jaringan jalan. Selain itu, ia mendirikan sekolah-sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat pendidikan dan membangun sumber daya manusia yang berkualitas.
5. Kebijakan Penghapusan Perdagangan Budak
Sebagai seorang reformis, Raffles menentang keras praktik perdagangan budak. Pada tahun 1811, ia mengeluarkan peraturan yang melarang perdagangan budak di wilayahnya. Keputusan ini berdampak besar pada sektor ekonomi, tetapi Raffles memandang bahwa penghapusan budak adalah langkah moral yang penting.
6. Peninggalan Lain
Pada tahun 1819, Raffles memainkan peran utama dalam pembentukan Singapura. Ia membeli pulau tersebut dari Sultan Johor dan mendirikan sebuah pelabuhan bebas yang memperkuat perdagangan Inggris di wilayah Asia Tenggara. Keberhasilan Singapura sebagai pusat perdagangan dan finansial terus menjadi warisan besar Raffles.
Meskipun kebijakan dan tindakan Raffles di Nusantara dianggap kontroversial dan kritis oleh beberapa sejarawan, tidak dapat disangkal bahwa ia meninggalkan warisan yang mendalam dan beragam. Tidak hanya mencoba merubah sistem administrasi dan mendorong perkembangan ekonomi, Raffles juga meninggalkan warisan berupa pelestarian budaya dan sejarah yang menjadi identitas Indonesia hingga saat ini.
Komentar