Suku Batak adalah salah satu suku terbesar di Indonesia. Suku ini memiliki warisan budaya dan spiritual yang kaya sebagaimana suku lain di Indonesia. Di antara aspek budaya mereka yang menonjol adalah sistem kepercayaan dan agama asli mereka yang dikenal sebagai Ugamo Malim.
Ugamo Malim, juga dikenal sebagai Agama Parmalim, merupakan kepercayaan tradisional yang diwariskan dari generasi ke generasi di kalangan Suku Batak, terutama di wilayah Sumatera Utara.
Sejarah Ugamo Malim
Sejarah agama Ugamo Malim dimulai dari masa kepemimpinan Si Singamangaraja XII yang saat itu sedang banyak masalah sosial, ekonomi dan politik. Bahkan pengaruh agama dan budaya juga mengguncang.
Si Singamaraja XII pun berusaha menyelamatkan sistem religi Batak dengan mengembangkan ajarannya, diberi nama Ugamo Malim. Setelah Sisingamaraja XII tewas, amanat religi tersebut dilanjutkan Nasiakbagi.
Dimana ia diberi amanah mendirikan Bale Pasogit, Raja Mulia pun bernubuat melakukannya dengan meminta izin kepada pemerintah Belanda di Balige sekitar tahun 1913. Pemerintah Belanda pun menyelidikinya.
Pada Tahun 1921, Belanda akhirnya mengizinkan Raja Mulia membangun Bale Pasogit di Hutatknggi, Laguboti melalui surat per tanggal 25 Juni 1921. Setelah dibangun, upacara Ugamo Malim pun mulai dilaksanakan secara terbuka dan berkembang pesat.
Makna Ugamo Malim
Orang-orang yang percaya aliran Ugamo Malim disebut sebagai seorang Parmalim. Biasanya Parmalim tersebar di berbagai daerah Sumatera Utara, tepatnya di daerah Danau Toba seperti Samosir, Tapanuli Utara, Toba, Humbang Hasundutan, dan Simalungun.
Parmalim menyebar di daerah berpopulasi Batak lainnya seperti di Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Dairi, dan Pakpak Bharat. Keyakinan Parmalim adalah mengakui satu Tuhan sebagai pencipta alam semesta, biasa disebut Mulajadi Nabolon (Sang Awal Penjadi Yang Agung).
Ugamo Malim merupakan sistem religi kuno yang berlanjut dari dulu dan dianut oleh masyarakat Batak jauh sebelum masuk agama Kristen Protestan, Islam dan Kristen Katolik. Sistem religi ini melekat pada nenek moyang orang Batak tanpa label “agama”.
Perkembangan Ugamo Malim
Mengenai perkembangannya, tentu tidak ada data pasti mengenai jumlah pengikut Ugamo Malim saat ini. Namun diketahui, pengikut aliran ini hampir semuanya berasal dan berdomisili di Provinsi Sumatra Utara.
Tepatnya, mayoritas pemeluk Parmalim di Kabupaten Toba Samosir. Berdasarkan data BPS tahun 2010-2015, pengikut Agama Parmalim tercatat hanya sekitar 300 jiwa orang.
Seiring berjalannya waktu, penganut Parmalim pun semakin terus berkurang. Dimana pada akhirnya pengikutnya semakin sedikit dan nyaris punah karena jarang tampak atau tidak melakukan penyebaran rohani lagi.
Penting untuk menghormati dan memahami nilai-nilai dan tradisi agama asli Suku Batak seperti Ugamo Malim. Warisan budaya dan spiritual ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari identitas mereka dan membawa hikmah yang berharga untuk dipelajari oleh generasi-generasi selanjutnya.
Komentar