Jakarta, HarianBatakpos.com – Adaptasi hewan gurun menjadi salah satu contoh luar biasa bagaimana makhluk hidup mampu bertahan di lingkungan ekstrem. Gurun merupakan daerah yang hanya menerima kurang dari 10 inci hujan per tahun, menjadikannya sangat gersang dan panas. Meski begitu, berbagai hewan mampu hidup di bioma gurun berkat adaptasi hebat yang membantu mereka menghemat air.
Di awal pembahasan, adaptasi hewan gurun terlihat dari perilaku unik mereka. Banyak spesies, seperti tikus dan ular derik, hanya aktif di malam hari atau saat suhu lebih sejuk untuk menghindari matahari. Burung kaktus wren, misalnya, bersembunyi di bawah naungan kaktus agar tetap terlindungi dari panas ekstrem. Semua perilaku ini adalah bagian dari strategi mereka untuk mengurangi kehilangan air.
Di bagian tengah, adaptasi hewan gurun juga terlihat pada struktur tubuh. Kadal bertanduk Texas memiliki kulit tebal yang tidak mudah menguapkan air. Mamalia gurun seperti unta bahkan menyimpan lemak di punuknya untuk memudahkan pendinginan tubuh. Selain itu, tupai antelop dan unta mampu menahan panas tubuh hingga 40 derajat Celsius, sehingga mereka tidak perlu banyak kehilangan cairan untuk mendinginkan diri.
Tak hanya perilaku dan struktur, adaptasi ini juga mencakup cara mendapatkan air dari makanan. Banyak hewan, seperti tikus kanguru, memanfaatkan oksidasi makanan untuk menciptakan air. Beberapa lainnya, seperti kura-kura gurun, menyimpan air di kandung kemih mereka. Ginjal yang efisien juga menjadi kunci adaptasi hewan gurun, karena dapat memproduksi urine pekat sehingga kehilangan air sangat minim.
Di akhir cerita, adaptasi hewan gurun membuktikan bahwa meski hidup di lingkungan yang gersang dan panas, makhluk hidup bisa tetap berkembang biak. Dengan memanfaatkan liang sejuk di bawah tanah, menyimpan air dalam tubuh, dan mengurangi evaporasi, mereka berhasil bertahan hidup di habitat yang penuh tantangan.
Ikuti saluran Harianbatakpos.com di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VbAbrS01dAwCFrhIIz05
Komentar