Tapsel-BP : Ada kejadian yang dialami adik kandung Kepala Desa Kampung Napa Kecamatan Batangtoru yang ikut seleksi penerimaan Security (Satpam) PT Agincourt Resources (PT AR), dimana, dalam seleksi tersebut adiknya tidak berhasil lolos.
Namun, pada seleksi penerimaan anggota TNI, adik kandung Kades tersebut dinyatakan lulus dan sudah resmi menjadi anggota TNI AD.
Entah Siapa Yang Salah, Ku Tak Tahu, seperti lirik sebuah lagu dari tayangan Tik Tok, itu lah yang terjadi.
Tidak jelas apakah si pelamar memang tidak memenuhi syarat kualifikasi untuk menjadi Satpam (Security) di PT AR atau seleksi masuk anggota TNI yang begitu gampang, ketimbang masuk Satpam.
Tapo yang jelas, sudah menjadi rahasia umum, untuk diangkat menjadi seorang Tentara Nasional Indonesia (TNI) itu tidaklah begitu mudah. Seleksinya begitu ketat bahkan dari ribuan pelamar yang mendaftar tak jarang hanya puluhan orang yang diterima.
Demikian penuturan Kades Kampung Napa kepada Anggota DPRD Tapsel dari Fraksi PAN, H Mahmud Lubis disampaikan kepada beberapa Media, Sabtu (1/4-23).
Dalam wawancara tersebut, Kepala Desa Kampung Napa bertanya apakah kekalahan adiknya tersebut masuk Satpam dikarenakan oleh adanya oknum ‘Belanda Hitam’, atau memang kesempatan untuk berkarir bagi putra daerah di PT AR dibatasi, umbarnya.
Bayangkan lanjutnya, adik saya bisa kalah jadi Satpam, sementara dia lolos diterima menjadi anggota TNI, sehebat apa sih Satpam PT AR tersebut, tanya Kepala Desa.
Selain adik kandung Kades Kampung Napa, kesulitan lain yang dialami putra daerah Lingkar Tambang Emas Martabe Batangtoru untuk bergabung menjadi karyawan PT AR adalah anak kandung dari Kepala Desa Hapesong Baru.
Putranya yang dikenal juara kelas mulai dari SD hingga tamat sebagai Sarjana jurusan MIPA dari Universitas Sumatera Utara (USU) dan 2 kali dapat panggilan kerja dari Perusahaan Tambang Emas di Sulawesi ternyata tidak diterima bekerja di PT AR yang berada di kampung halamannya sendiri, ungkapnya.
Dalam seleksi penerimaan karyawan PT AR ini, putra dari Kades Hapesong Baru ini ternyata orang yang pertama siap menjawab soal-soal yang diberikan oleh PT AR.
“Dia tidak dibolehkan oleh ibunya pergi bekerja di Tambang Emas yang berada di Sulawesi karena terlalu jauh,” jelas Kades Hapesong Baru.
Kemudian anak kandung Lurah Wek II Batangtoru sudah sering melamar Ahli Komputer jurusan Matematika toh juga gagal.
Anak kandung Lurah Wek I Batangtoru, yang juga mantan Sekcam Muara Batangtoru, sudah lebih 10 kali melamar di PT AR, juga gagal di terima.
Ada lagi, Riski Hidayat anak dari mantan Kepala Desa Bandar Hapinis tidak lolos jadi Security di PT AR, padahal beliau sudah berpengalaman mulai dari tahun 2019 hingga tahun 2022 sebagai Security di salah satu perusahaan di Jakarta.
Riski Hidayat melampirkan rekomendasi pengalaman kerja dari perusahaan tempat bekerja semula.
“Dalam rekomendasi pengalaman kerja tersebut, perusahaan menyebutkan bahwa Riski selama bekerja cukup baik dan telah menunjukkan dedikasi yang tinggi terhadap perusahaan,” ujarnya.
Menurut Riski Hidayat, sebagai peserta yang ikut seleksi, dirinya dan 4 orang lainnya disebutkan bermasalah dengan kesehatan atas hasil pemeriksaan laboratorium Prodia Padang Sidempuan.
“Dan oleh Manager Security disarankan agar dia pergi melakukan pemeriksaan ke rumah sakit lain dan Manager Security berjanji, jika dokter pemeriksa rumah sakit yang dituju memberikan rekomendasi bisa bekerja, maka Manager Security berjanji akan menerima Riski Hidayat masuk bekerja di perusahaan Tambang Emas Martabe ini,” tukasnya.
Dengan susah payah lanjut Riski Hidayat, dia melakukan pemeriksaan ke Rumah Sakit Swasta di Sibolga, selanjutnya Riski menunjukkan surat rekomendasi dokter sebagaimana dijanjikan oleh Manager Security yang semula menyebutkan bahwa Riski dapat bekerja.
Namun Manager Security berkilah bahwa dia tidak meminta surat dimaksud melainkan harus dilakukan test Treadmill. Karena tidak ada persiapan dana, akhirnya Riski Hidayat membatalkan untuk melakukan test Treadmill di Medan.
“Jika dari awal ada pemberitahuan untuk melakukan test Treadmill, maka saya akan mempersiapkan diri termasuk masalah biaya, namun karena himbauan Test Treadmill disebutkan pada tahapan akhir test sehingga membuat persiapan saya tidak ada,” papar Riski yang merupakan anak mantan Kepala Desa Bandar Hapinis periode 2007-2016 itu.
Riski juga membeberkan, waktu saya Test Security di PT Jiss Indonesia Sejahtera dan diterima bekerja sejak 2019 s/d 2022 tidak ada masalah yang saya alami terkait kesehatan dan saya juga mendapatkan rekomendasi pengalaman kerja dari perusahaan yang menjelaskan bahwa selama bekerja saya telah mampu bekerja dengan baik dan telah menunjukkan dedikasi yang tinggi terhadap perusahaan, ujarnya.
Bahkan Riski menyebutkan alasan dirinya tidak bekerja lagi di Perusahaan yang berdomisili di Jakarta Selatan tersebut, disebabkan karena dia menikah dan pulang kampung, untuk selanjutnya dia mencoba melamar di Perusahaan Tambang Emas terbesar Nomor 2 di Indonesia ini yang lokasinya berada di kampung halamannya sendiri.
Ayah Riski, Mantaruddin Nasution kepada media menuturkan sebagai mantan Kepala Desa, dia sangat kecewa atas sulitnya kesempatan bekerja bagi putra daerah di PT AR Tambang Rmas Martabe ini.
Pihak PT AR sepertinya tidak menghormati perjuangan yang dilakukannya dalam mendamaikan masyarakat saat terjadi konflik penolakan keberadaan PT AR yang membuang Limbah (Sisa Air Proses) ke sungai Batangtoru dari rencana semula dibuang ke laut.
“Habis manis sepah dibuang,” tandas Mantaruddin Nasution.
Sementara H Mahmud Lubis sebagai Anggota DPRD Tapsel kepada Media menjelaskan, perbuatan yang dilakukan oleh PT AR terhadap putra daerah dalam penolakan sebagai tenaga kerja di perusahaan tersebut merupakan bentuk penzholiman terhadap putra daerah.
“Fakta sudah kita lihat, para pelamar juga merupakan orang-orang berprestasi dan berpengalaman dan negara juga mengakui kemampuan diantara pelamar tenaga kerja lokal ini,” imbuhnya.
Entah apa yang diinginkan perusahaan ini yang mempersulit kesempatan bagi tenaga kerja lokal, tambah Mahmud.
“Kita bisa lihat berapa besarnya pembohongan yang dilakukan oleh Tambang Emas Batangtoru ini atas angka tenaga kerja lokal di Lingkar Tambang Emas Batangtoru ini,” katanya.
Di ungkapkan Mahmud, dari 2.600 Tenaga Kerja yang ada, 70 persen dari itu merupakan tenaga kerja berasal dari 15 Kelurahan/Desa Lingkar Tambang Emas Batangtoru.
“Seharusnya, tenaga kerja yang ada di 15 Kelurahan/Desa Lingkar Tambang ini sudah ada sebanyak 1.700 an, namun pada kenyataannya di 8 Kelurahan/Desa yang sudah di survey hanya ada 320 Tenaga Kerja Lokal,” tandasnya.
Sekali lagi saya mengatakan, perbuatan ini sungguh kejam karena membodohi masyarakat disini.
“Seperti kata pepatah, kami yang punya susu kenapa orang lain yang punya nama, kami yang punya emas kenapa orang lain yang menikmatinya,” pungkas Mahmud. BP/AA
Komentar